KETIK, PACITAN – Tempe daun dengan aroma wangi dan rasa gurih khas Pacitan ini bukan sembarang tempe.
Dibuat oleh tangan terampil Rumiati (63) sejak 1980, kelezatannya tetap jadi buruan pelanggan setia.
Rumiati tinggal di Dusun Karangsono, Desa Banjarjo, Kecamatan Kebonagung.
Sudah lebih dari empat dekade Rumiati setia memproduksi tempe daun. Ia mulai berjualan tempe saat usianya baru 18 tahun.
Setiap hari, Rumiati memproduksi sekitar 200 bungkus tempe daun dari dapur sederhana rumahnya di Pacitan. (Foto: Al Ahmadi/Ketik)
Berbekal modal Rp300 ribu, ia memberanikan diri belajar membuat tempe secara otodidak hingga akhirnya mampu memasarkan hasil olahannya ke lingkungan sekitar.
“Waktu itu modalnya Rp300 ribu. Saya belajar sendiri cara membuat tempe, dan alhamdulillah sampai sekarang masih bisa berjalan,” tutur ibu tiga anak itu, Minggu, 14 September 2025.
Kini, dalam sehari Rumiati mampu memproduksi sekitar 200 bungkus tempe.
Keistimewaan produknya terletak pada penggunaan daun sebagai pembungkus, yang membuat aroma dan rasa tempe lebih wangi, gurih, dan lembut dibandingkan tempe berbungkus plastik.
“Kalau pakai daun, rasanya lebih enak, lebih gurih,” ujarnya mantap.
Untuk menjaga kualitas, Rumiati selalu teliti dalam proses produksi.
Mulai dari pemilihan kedelai terbaik, pencucian yang benar, perebusan hingga dua kali, hingga proses peragian yang tepat.
Setelah dibungkus daun, tempe baru bisa dipasarkan tiga hari kemudian.
Dengan harga Rp500 per bungkus, tempe daun buatan Rumiati tetap digemari pelanggan.
Dari usaha sederhana itu, ia bisa mencukupi kebutuhan keluarga sekaligus melestarikan warisan kuliner tradisional Pacitan.
“Harapan saya, usaha ini tetap bertahan dan tempe daun tidak hilang dimakan zaman,” ungkapnya penuh harap.
Bagi masyarakat yang ingin menikmati tempe daun khas buatannya, Rumiati juga membuka pemesanan langsung melalui nomor 087865867886.(*)