Perang Israel-Iran sudah memasuki dua pekan lebih dan keduanya saling bersikeras untuk saling bertahan dan mengerahkan kekuatannya. Sudah pasti yang namanya perang menimbulkan kerugian yang sangat besar baik fisik maupun jiwa, tak pelak warga sipil tak berdosa, anak-anak dan perempuan pun menjadi sasaran.
Perang antar kedua belah pihak pun menimbulkan dampak yang melebar dan bahkan global, karena adanya pihak lain yang saling membela demi kepentingan mereka. Dalam konteks perang Israel-Iran keduanya tidak sendirian, namun ada keterlibatan pihak lain.
Iran dibantu Rusia, Cina dan Pakistan yang semuanya memiliki rudal pemusnah massal, Houthi di Yaman, Hamas di Gaza dan Hizbullah di Libanon, bahkan juga ada PIJ (Palestina Islamic Jihad) yang trainer-nya dari Garda Revolusi Iran.
Kelompok-kelompok tersebut adalah para militan perang yang semakin bernyali untuk melakukan perlawanan terhadap Israel. Sementara Israel dibela mati-matian oleh Amerika dengan AIPAC-nya (American Israel Public Affairs Committee) sebagai backing utamanya selama ini, dan beberapa sekutu lainnya.
Akhirnya peperangan tersebut menjadi kian meluas dan berkecamuk tidak saja antara Israel dan Iran, namun banyak negara dan perang global (global war) yang melibatkan diri. Ada blok Timur dan blok Barat, blok Islam versus Zionis.
Sudah barang tentu hal tersebut akan menimbulkan kiamat shughra, apalagi jika semua pihak menggunakan senjata pemusnah massalnya (nuklir). Peperangan sesungguhnya tidak ada menang dan kalah, namun kedua belah tetap merugi dan mengorbankan materi dan ratusan ribu jiwa tak bersalah turut melayang.
Dampak perang secara global pun sangat besar bagi geo-politik, sosial, maupun ekonomi, dan terjadi krisis di mana-mana. Inflasi, dan harga minyak mentah meroket, demikian pula harga barang yang menyertainya. Walhasil berdampak krisis global.
Sejarah Kelam Pertama
Sejarah kelam kemanusiaan yang saling menghilangkan nyawa telah dimulai sejak awal kelahiran manusia. Alkisah Qabil dan Habil, dua bersaudara, telah dipertunangkan oleh Adam dengan saudara perempuannya. Tetapi kemudian Qabil tidak puas dengan tunangan yang dipilihkan, malah ia memilih tunangan milik Habil. Tak pelak Habil pun menolak, maka terjadilah pertentangan di antara keduanya.
Pertentangan mereka mengalami jalan buntu sampai akhirnya Adam sebagai orang tua memutuskan untuk mencari jalan keluar dan kesepakatan damai. Qabil dan Habil diperintahkan untuk mempersembahkan pengorbanan, dan barangsiapa yang pengorbanannya diterima Tuhan, maka akan mendapatkan saudara perempuan yang diperebutkan, dan sebaliknya persembahan yang ditolak harus menerima keputusan untuk tidak memiliki tunangan yang diperebutkan itu. Kedua belah pihak menyepakati jalan keluar tersebut.
Habil mempersembahkan seekor unta muda yang sehat dan gemuk, hewan ternak terbaik di antara ternaknya, sementara Qabil mempersembahkan seonggok gandum yang telah layu dan tanpa isi. Sudah barang tentu persembahan yang diterima oleh Tuhan adalah persembahan Habil, karena kualitas pengorbanannya, sementara persembahan Qabil ditolak.
Akhirnya Qabil semakin penasaran dan tidak puas dengan keputusan Tuhan itu, hingga kemudian Qabil tega menghabisi adiknya sendiri, Habil. Inilah pertumpahan darah pertama dalam sejarah umat manusia.
Kisah tentang Qabil dan Habil tersebut menunjukkan, bagaimana persatuan kemanusiaan yang berasal dari orang tua yang sama berubah menjadi konflik dan pertentangan abadi. Cinta sesama saudara berubah menjadi permusuhan, persatuan menjadi perpecahan dan kekerasan. Demikianlah lembaran pertama sejarah dinodai dengan pembunuhan yang melahirkan perang, kejahatan dan fragmentasi sosial antara anak turun Adam yang susul-menyusul.
Kenapa semua itu terjadi? Benarkah keraguan Malaikat terhadap kesalehan manusia? Ketika Tuhan menyampaikan kepada Malaikat, bahwa Dia akan menciptakan manusia di muka bumi ini, maka serta merta Malaikat “protes”. “Akankah Tuhan menciptakan manusia di bumi yang akan bikin onar dan penumpahan darah?” Demikian Malaikat berujar.
Kini pertikaian itu terwariskan secara turun temurun dan semakin merebak luas seiring dengan perkembangan keturunan anak cucu Adam di muka bumi ini. Pertikaian dan konflik bahkan semakin modern, dari pembunuhan dengan senjata konvensional menjadi lebih canggih, senjata api dan nuklir yang memusnahkan secara massal.
Jika kita perhatikan dari sekilas kisah di atas, maka semua itu disebabkan oleh persoalan ego atau “aku” yang tidak mampu dikendalikan. Jika saja si Qabil waktu itu mampu menguasai “aku”-nya, maka tak akan terjadi pembunuhan kepada saudaranya sendiri dan lembaran sejarah umat manusia tidak kelabu seperti sekarang ini yang diwarisi secara turun-temurun. Itulah memang sekenario Tuhan, dan hanya orang-orang beriman dan mampu menahan egonya lah yang dapat menyelamatkan bumi ini.
Kini semua mata telah menyaksikan betapa dampak peperangan telah nyata mengakibatkan Israel telah porak poranda. Gedung-gedung pencakar langit telah ambruk, api membara di berbagai kota dan berbagai fasilitas umum termasuk bandara. Pertahanan negara, iron dome yang dibangga-banggakan sebagai pertahanan yang untouchable ternyata juga tak mampu menahan serangan rudal-rudal Iran yang selama ini dianggap murahan.
Kini Israel bak lautan api dan warganya kalang kabut, ketakutan, kelaparan, kehilangan nyawa, ekonominya runtuh, tidak ada lagi perlindungan, bahkan tidak ada tempat mengungsi karena penolakan dari beberapa negara lain. Sementara Iran terus meluncurkan rudal-rudalnya yang tak kunjung berhenti. Itulah yang juga dirasakan oleh warga Gaza selama ini akibat kebrutalan Netanyahu dan pasukannya.
Inikah the true God warning? Dalam al-Quran surah al-Baqarah: 155 dinyatakan bahwa “Kami (Allah) pasti akan mengujimu dengan sedikit ketakutan dan kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Sampaikanlah (wahai Nabi Muhammad,) kabar gembira kepada orang-orang sabar”.
Kini dunia menyaksikan betapa arogansi, ego dan kezaliman telah mengakibatkan keruntuhan sebuah rezim dan negara yang dianggap adikuasa sekalipun. Bukankah Tuhan yang Maha Adidaya? Marilah kita semua menahan diri dan sabar, karena hanya orang sabarlah yang dibersamai Tuhan dan menjadi kekasih-Nya.
*) M. Zainuddin merupakan Profesor Sosiologi Agama, Rektor Maliki Islamic University (UIN) Malang
**) Isi tulisan di atas menjadi tanggung jawab penulis
***) Karikatur by Rihad Humala/Ketik.co.id
****) Ketentuan pengiriman naskah opini:
- Naskah dikirim ke alamat email redaksi@ketik.co.id.
- Berikan keterangan OPINI di kolom subjek
- Panjang naskah maksimal 800 kata
- Sertakan identitas diri, foto, dan nomor HP
- Hak muat redaksi.(*)