KETIK, SURABAYA – Properti masih menjadi favorit masyarakat karena masuk dalam kategori kebutuhan primer. Namun, menurut Dewan Penasihat Asosiasi Real Estate Broker Indonesia (AREBI) Jawa Timur, Rudy Sutanto, saat ini penjual properti melakukan penyesuaian harga.
"Karena orang yang menjual (properti) itu banyak. Sekarang ini istilahnya cash is king. Akhirnya mau tidak mau terjadi penyesuaian harga, mencari equilibrium harga market baru," katanya, Kamis, 17 Juli 2025.
Rudy melanjutkan, penjual properti lebih memilih pembayaran tunai, karena untuk berbagai keperluan. Salah satunya untuk menyambung usaha.
"Jadi yang butuh cash itu untuk menyambung perusahaannya. Jadi mereka menjual properti begitu. Sebenarnya situasi ini hampir sama seperti saat Covid, tapi jauh lebih parah," terang pria yang juga sebagai Principal Java Property CitraLand Surabaya ini.
Dikatakan Rudy, penyesuaian harga properti sudah mengglobal. "Istilahnya, lini bisnis turun semua. Kalau saat Covid itu fokusnya sama-sama sehat. Tapi kalau sekarang ini untuk menyelamatkan kondisi masing-masing," bebernya.
Disinggung mengenai alasan orang menjual properti, menurut Rudy ada berbagai faktor. Tapi biasanya untuk investasi atau hunian.
"Misalnya, jika dia investasi tanah, pasti menjual tanah. Kalau dia dulunya investasi apartemen, pasti asetnya menjual apartemen," jelasnya.
Sebagaimana diketahui pada semester I/2025, pasar properti mengalami penurunan karena adanya gejolak geo-politik dan tarif dagang.
Rudy mengungkapkan, penurunannya mencapai 30 persen untuk primary market dan 25 persen untuk secondary market.
Namun, ia tetap optimistis pada semester II/2025 ada perbaikan pasar yang diharapkan berimbas pada Indonesia.
Wakil Ketua Umum (Waketum) Kadin Jawa Timur, Danny Wahid sebelumnya menjelaskan, minat masyarakat dan angka pertumbuhan hunian hingga 2025 masih tinggi.
"Bisa 10 persen, mungkin bahkan bisa sampai 18 persen meningkatnya," katanya.
Pertumbuhan terhadap permintaan hunian, lanjut Danny, masih sama seperti kondisi ketika Covid dan sesudah Covid yang lalu.
Hal ini dikarenakan, hunian merupakan salah satu kebutuhan primer manusia. Oleh sebab itu, angka permintaan hunian baru tetap terjaga. (*)