KETIK, SURABAYA – Sebuah gerobak, bertuliskan Ronde Semarang Pak Yanto di Jalan Dharmahusada, Surabaya ini tampak sangat sibuk. Pembeli antre untuk bisa mendapatkan satu mangkuk, kuliner tradisional bercita rasa khas.
Pembelinya dari berbagai kalangan, mulai anak-anak, orang dewasa, hingga orang tua. "Mulai ramai biasanya sore, pukul 20.00 WIB hingga 23.00 WIB. Ada yang bawa mobil dan motor juga," kata Pak Yanto, pemilik usaha Ronde Semarang, Senin, 14 Juli 2025.
Rata-rata pembeli ronde dan angsle, kata Pak Yanto merupakan langganan lamanya yang sudah mengetahui Ronde Semarang. Sebelum menempati Jalan Dharmahusada, di parkiran lama Pusat Oleh-oleh Bu Rudy, mereka berdagang di Jalan Manyar, Surabaya.
Pilihan Ronde Semarang Pak Yanto yang telah ada sejak 1975 ini sangat beragam, seperti ronde campur yang terdiri dari pacar cina, mutiara, parutan kelapa, dan ronde berukuran kecil dan besar.
Loyalnya pembeli, dikatakan Pak Yanto karena mereka mempertahankan resep dan tidak pernah mengubahnya.
"Kami pakai cara tradisional, turun temurun. Sudah generasi ketiga sekarang," terang Nike, istri Pak Yanto yang saat itu ikut mendampingi suaminya.
Cita rasa khas ronde buatan Pak Yanto ada pada isiannya, yaitu kacang yang banyak. Selain itu balutan tepung beras, sebagai bahan ronde sangat kenyal ditambah hangatnya kuah ronde yang berasal dari jahe emprit, membuat pembeli menyukainya.
Menu Ronde Semarang, seperti serabi, ronde balur kacang, dan ronde campur. Menu ini paling diminati pembeli. (Foto: Fitra/Ketik)
Nurika, salah satu pembeli mengatakan, dirinya mengetahui kuliner ini dari media sosial. Kendati demikian, ia langsung merasa cocok dengan rasanya karena berbeda dari ronde yang lain.
"Enak. Kenyal rondenya. Kuah ronde yang mengandung jahe juga pas. Cocok sekali ini apabila dinikmati ketika musim hujan atau berangin seperti saat ini. Badan menjadi hangat, terangnya kepada Ketik.
Selain menjual ronde, Pak Yanto juga menjual angsle, tauwa, wedang kacang tanah, wedang ronde balur, wedang ronde besar, serabi aren, wedang ronde kecil, dan menu baru ketan bubuk.
Sejarah Panjang Ronde
Ronde merupakan makanan tradisional asal China yang berbuat dari tepung ketan atau beras berbentuk bulat. Melansir jurnal usai.ac.id, ronde mempunyai sejarah panjang.
Di China, tradisi makan ronde dilakukan ketika perayaan musim dingin (Dongzhi). Pada zaman dulu, masyarakat China percaya, jika makan ronde saat musim dingin dapat memberikan kehangatan dan energi.
Selain itu dari bentuknya yang bulat juga dianggap sebagai simbol harmoni dan kesatuan.
Di Indonesia, ronde menjadi salah satu jajanan populer, terutama di daerah seperti Jawa Tengah dan Yogyakarta.
Sajian ini biasanya ditemukan di malam hari, karena dipercaya memberikan efek hangat bagi tubuh berkat kuah jahe yang pedas manis. (*)