KETIK, SURABAYA – Orasis Art Space resmi membuka pameran Segue #2: Lim Keng – Breath of Lines pada Jumat, 22 Agustus 2025. Pameran ini menampilkan perjalanan lima dekade karya sketsa mendiang Lim Keng, seorang seniman Surabaya kelahiran 1930-an, yang dikenal dengan keunikan garis spontan tanpa koreksi. Pameran berlangsung 22 Agustus hingga 14 September 2025 di Orasis Art Space, Citraland, Surabaya.
Direktur Jenderal Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan Kebudayaan Kementerian Kebudayaan RI, Ahmad Mahendra, M.Tr.AP, dalam sambutannya yang dibacakan oleh Muchamad Ichwan dari Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XI, menyampaikan apresiasi atas upaya pelestarian seni rupa melalui pameran ini. Menurutnya, karya Lim Keng bukan hanya arsip visual, tetapi juga rekam jejak perjalanan kota Surabaya dari waktu ke waktu.
Media Relations Orasis, Zahwa E. Bella, menegaskan bahwa Segue adalah program tahunan yang berkomitmen merawat dan menghormati kontribusi seniman di Surabaya dan sekitarnya.
Sambutan oleh Direktur Artistik Orasis, Danny Hartanto Pada Pembukaan Pameran Segue #2 : Lim Keng - Breath of Lines” pada 22 Agustus 2025. (Foto: Adinda Sabrina)
“Di tahun ketiga ini, kami ingin memperkenalkan kembali sosok Lim Keng melalui pameran perjalanan 5 dekade sketsa beliau. Sketsa-sketsa ini adalah arsip pendirian urban dalam sepenggal waktu yang merekam perubahan sosial, politik, ekonomi, dan kebudayaan kota Surabaya. Melalui karya Lim Keng, kita bisa mengetahui lanskap yang pernah hidup di kota ini,” jelas Zahwa.
Hal senada disampaikan Direktur Artistik Orasis, Danny Hartanto, yang sekaligus menjadi pemandu tur karya.
“Segue adalah cara Orasis untuk merawat romantisme terhadap Surabaya. Aku rasa pameran ini adalah bentuk penghargaan untuk para seniman yang telah berkontribusi membangun kesenian di kota seperti Surabaya. dan tahun depan kami merencanakan penerbitan buku untuk mengarsipkan tiga sosok seniman dari tiga tahun perjalanan Segue,” ujarnya.
Iwan, putra Lim Keng yang turut hadir, menyampaikan harapan besar dari digelarnya pameran ini.
“Setelah 16 tahun menyimpan karya dengan segala kondisinya, akhirnya bisa ditampilkan. Garis-garis sederhana hingga kompleks itu menyimpan kisah perjalanan ayah dalam berjuang di keluarga seni dan keterbatasannya di masa itu, termasuk totalitas beliau di dalamnya. Saya berharap pameran ini bukan hanya untuk mengenang, tapi juga menjadi inspirasi bagi urban sketsa,” tutur Iwan penuh haru.
Potret Pop-Up Cafe yang bertema kehidupan sehari hari 'Lim Keng ' oleh Tambula Rasa pada 22 Agustus 2022 di Orasis Art Space. (Foto: Adinda Sabrina)
Pameran ini dikuratori oleh Suwarno Wisetrotomo dan menampilkan arsip sketsa lanskap kota hingga potret keseharian masyarakat. Pengunjung dapat menyaksikan jejak sejarah Surabaya, mulai dari riuhnya Alun-Alun Contong yang kini telah tiada, hingga suasana pasar sapi Wiyung yang sudah jarang ditemui.
Selain menikmati pameran yang sangat menarik, pengunjung juga dapat mengikuti program interaktif seperti Art Station: Strange Lines, tur anak, hingga pop-up cafe bertema kehidupan sehari-hari Lim Keng oleh "Tambula Rasa". Pameran “Segue #2 : Lim Keng - Breath of Lines” terbuka untuk umum dengan reservasi melalui situs orasis.art atau DM/komen di instagram @orasisartspace. (*)