KETIK, SURABAYA – Tahun Baru di Jepang identik dengan suasana kebersamaan keluarga serta tradisi yang diwariskan secara turun-temurun. Salah satu kebiasaan yang selalu hadir dalam perayaan tersebut adalah Otoshidama, tradisi khas yang lekat dengan momen awal tahun.
Otoshidama (お年玉) merupakan tradisi Tahun Baru di Jepang, di mana orang dewasa memberikan uang sebagai hadiah kepada anak-anak dalam amplop kecil berhias yang mirip angpau. Tradisi ini melambangkan harapan akan keberuntungan dan kemakmuran di tahun yang baru, dan biasanya diberikan oleh orang tua, kakek-nenek, paman, atau bibi.
Pada awalnya, Otoshidama bukan berupa uang, melainkan persembahan makanan yang diberikan kepada dewa Tahun Baru atau Toshigami sebagai simbol doa dan rasa syukur.
Tradisi ini dilakukan dengan cara diberikan menggunakan amplop khusus yang disebut pochibukuro. Nominal uang di dalamnya biasanya disesuaikan dengan usia anak, serta mengikuti etika tertentu dalam pemberiannya.
Otoshidama dimaknai sebagai simbol doa, keberkahan, dan harapan agar anak-anak dapat tumbuh sehat, bahagia, serta beruntung sepanjang tahun yang baru.
Seiring perkembangan zaman, tradisi ini juga mengalami perubahan. Kini, Otoshidama hadir dengan beragam desain amplop yang lucu hingga sistem pemberian secara digital yang lebih praktis.
Otoshidama bukan sekadar memberi uang saat Tahun Baru, melainkan tradisi yang mempererat ikatan keluarga dan tetap relevan di tengah perubahan gaya hidup masyarakat Jepang. (*)
