Untuk kali kedua PSSI menunjuk Indra Sjafri menjadi arsitek sepak bola Timnas Indonesia pada SEA Games. Pada gelaran SEA Games dua tahun yang lalu di Kamboja, Indra Sjafri sukses mempersembahkan medali emas setelah menunggu 32 tahun lamanya.
Penunjukan Indra Sjafri sebagai pelatih kepala pada SEA Games Thailand bukanlah sesuatu yang mengejutkan.Torehan 4 tropi sudah cukup menyakinkan publik atas kapasitasnya untuk menukangi Timnas Indonesia. Pendeknya, kemampuan menjadi pelatih tidak perlu diragukan lagi.
Paling tidak, kehadirannya di SEA Games akan menjadi momok bagi seteru Indonesia. Baik itu tuan rumah Thailand, Vietnam, dan Malaysia. Terlebih dengan kehadiran beberapa pemain naturalisasi, seperi Iver Janner, Dion Marx, Rafael Struick, dan Mauro Zijlstra.
Sehingga, ini akan menjadi modal penting bagi sang pelatih untuk "Back to Back" sepak bola SEA Games. Meskipun harus diakui, tuan rumah Thailand dan Vietnam akan menjadi pesaing terberat.Termasuk misi balas dendam Thailand yang dipermak Indonesia 2-5 pada final SEA Games Kamboja.
Tampil dengan materi pemain yang bisa dibilang cukup mentereng, tentu saja tidak boleh membuat jumawah. Sepak bola tidak hanya persoalan tehnis, tapi ada juga persoalan non tehnis. Tak terkecuali Thailand bertindak sebagai tuan rumah dan ingin mengembalikan kejayaannya sebagai raja sepak bola asean.
Pun demikian dengan Vietnam. Tim berjuluk Golden Warrior ini cukup berambisi meraih medali emas. Sekaligus ingin menjadi raja sepak bola asean. Kita semua tahu jika perseteruan Indonesia dengan Vietnam cukup terasa aromanya. Baik di level yunior ataupun di level senior.
*Indra Sjafri Harus memperbaiki Kesalahan mendasar para pemain saat laga uji coba
Secara matematis, dua laga uji coba Pasukan Indra Sjafri masih jauh dari kata sempurna, yakni kalah dari India dan Mali. Padahal, dalam laga uji coba yang sama India dikalahkan Thailand dengan skor telak 0-4.
Tidak sedikit para pemerhati sepak bola di tanah air menyoroti soal kesalahan mendasar para pemain. Mulai dari passing, komunikasi antar pemain, serta Kesalahan lainnya. Termasuk saat dikalahkan India 1-2 dihadapan para pendukungnya.
*Metal pemain perlu diterpa lebih dalam
Mungkin ini merupakan hal klasik bagi Timnas Indonesia, yakni kebobolan di menit awal dan akhirnya merusak ritme permainan. Dua gol cepat India dan Mali seakan meruntuhkan mental bertanding para pemain kala itu. Bahkan terkesan para pemain sulit mengembangkan permainan dan dieksploitasi oleh lawan. Ini hal penting yang perlu menjadi catatan.
Thailand dan Vietnam adalah tim yang selalu cenderung bermain ofensif. Ini akan menjadi ancaman serius jika Indra Sjafri tidak menyiapkan taktik jitu. Indra Sjafri tetaplah Indra Sjafri.Thailand dan Vietnam pernah dikalahkan pada SEA Games Kamboja dua tahun lalu.
*Fokus amankan tiket lolos fase grup
Bergabung dengan Myanmar dan Philipina, Ivar Janner dan koleganya memang diunggulkan lolos fase grup dengan mudah. Apakah itu menjadi juara grup atau runner up terbaik. Menyapu bersih dua laga kemenangan akan menjadi jalan aman lolos, dari pada menjadi runner up yang masih menggantungkan hasil pertandingan grup lain.
Oleh karena itu tidak ada istilah menganggap enteng lawan. Semua pertandingan dibabak penyisihan adalah final. Artinya, wajib menang di semua laga jika ingin membawa pulang sekaligus mempertahan medali emas. Semoga.
*) Agus Riyanto merupakan jurnalis Ketik.com dan Plt Ketua PWI Trenggalek
**) Isi tulisan di atas menjadi tanggung jawab penulis
***) Ketentuan pengiriman naskah opini:
- Naskah dikirim ke alamat email redaksi@ketik.com
- Berikan keterangan OPINI di kolom subjek
- Panjang naskah maksimal 800 kata
- Sertakan identitas diri, foto, dan nomor HP
- Hak muat redaksi.(*)
