Setiap tahun, saat momentum kemerdekaan Indonesia tiba, banyak orang sibuk mempersiapkan berbagai acara dan dekorasi. Lomba, hiasan kampung, dan ritual tahunan seolah menjadi kewajiban yang harus dilakukan. Namun, di balik kemeriahan tersebut, sering kali makna kemerdekaan sejati terlupakan.
Kemerdekaan bukan hanya soal perayaan dan hiasan, tapi tentang kebebasan hakiki yang harus dirasakan oleh setiap warga negara. Banyak yang merayakan kemerdekaan hanya sebagai seremonial tahunan tanpa menyentuh esensi sesungguhnya.
Kemerdekaan seakan hanya menjadi momen untuk berkumpul dan berhibur, tanpa memperhatikan kenyataan pahit di sekitar kita. Masih banyak warga negara yang sulit mendapatkan pekerjaan, hidup dalam kekurangan, bahkan kemerdekaan hati mereka terbelenggu oleh sikap arogan dan ketidakadilan.
Saya merasa prihatin ketika kemerdekaan hanya dimaknai sebagai acara yang hendak diceritakan kepada generasi berikutnya, tapi tanpa menyampaikan kisah perjuangan para pahlawan yang berani mengorbankan darah dan nyawa demi meraih kebebasan bangsa ini. Seharusnya, kita menanamkan nilai perjuangan tersebut agar tidak hilang ditelan zaman.
Kemerdekaan sejati, menurut saya, adalah ketika setiap warga bangsa terbebas dari tirani kemiskinan dan ketidakadilan yang mengekang. Namun, kondisi yang ada saat ini masih jauh dari cita-cita itu. Kemerdekaan terasa seperti sebuah ilusi yang sulit dijangkau oleh masyarakat bawah.
Saya berharap kemerdekaan bukan hanya sekadar upacara dan perayaan yang bersifat ritual. Lebih dari itu, kemerdekaan harus kita perjuangkan agar semua rakyat bisa hidup sejahtera, adil, dan merdeka secara hakiki. Tidak hanya di atas kertas, tetapi di kehidupan nyata sehari-hari.
Jika kita terus membiarkan kemiskinan dan ketidakadilan merajalela, maka kemerdekaan yang kita rayakan hanyalah sebuah formalitas tanpa makna. Generasi muda perlu diajak untuk memahami bahwa kemerdekaan adalah hasil perjuangan berat dan harus dijaga dengan semangat membara.
Saya percaya, kemerdekaan yang bermakna adalah kemerdekaan yang mampu membuka pintu kesempatan dan keadilan bagi seluruh rakyat, tanpa terkecuali. Sikap arogan dan egoisme harus kita singkirkan agar kemerdekaan hati dan pikiran bisa terwujud. Pemerintah dan masyarakat harus bersama-sama berjuang mewujudkan kemerdekaan yang sesungguhnya, bukan sekadar seremonial tahunan.
Pendidikan dan kesadaran kolektif harus ditingkatkan agar makna kemerdekaan tidak sekadar menjadi rutinitas tanpa isi. Kemerdekaan harus menjadi kekuatan untuk memperbaiki kehidupan, menghapus kemiskinan, dan membangun keadilan sosial. Barulah kita bisa mengatakan bahwa kemerdekaan itu benar-benar dimiliki oleh seluruh rakyat Indonesia.
Kemerdekaan yang dirayakan tanpa perubahan nyata bagi masyarakat yang masih terpinggirkan akan kehilangan makna. Oleh karena itu, memperkuat rasa persatuan dan keadilan sosial menjadi sangat penting agar kemerdekaan tidak hanya menjadi simbol, tapi juga kenyataan.
Memaknai kemerdekaan adalah proses panjang yang harus terus diperjuangkan. Menghormati jasa pahlawan tidak cukup dengan upacara, tapi juga dengan berjuang mengatasi kemiskinan, korupsi, dan ketidakadilan yang masih menghambat bangsa.
Kemerdekaan harus membawa perubahan nyata dalam kehidupan rakyat. Masyarakat harus diberdayakan, suara mereka didengar, dan kebutuhan mereka dipenuhi agar kemerdekaan benar-benar bermakna dan dirasakan seluruh rakyat Indonesia.
Akhirnya, kemerdekaan yang sejati adalah kemerdekaan yang membebaskan bangsa dari kemiskinan, ketidakadilan, dan sikap arogan yang merusak. Hanya dengan begitu, kemerdekaan tidak akan menjadi sekadar seremoni tahunan, tapi menjadi hak dan kenyataan bagi seluruh bangsa.
Selain itu, kita juga harus menyadari bahwa kemerdekaan bukan hanya soal kebebasan dari penjajahan fisik, tetapi juga kebebasan dari penjajahan sistem yang tidak adil. Ketimpangan sosial dan ekonomi yang terjadi selama ini sebenarnya adalah bentuk penjajahan baru yang harus kita lawan bersama.
Saya percaya, kemerdekaan sejati akan tercapai apabila setiap warga negara memiliki akses yang sama terhadap pendidikan, kesehatan, pekerjaan, dan hak-hak dasar lainnya. Tanpa pemenuhan hak-hak ini, perayaan kemerdekaan akan kehilangan makna karena rakyat masih terbelenggu ketidakberdayaan.
Tugas kita bukan hanya merayakan kemerdekaan dengan hiasan dan lomba, tapi juga memperjuangkan agar kemerdekaan dirasakan dalam kehidupan sehari-hari. Melalui aksi nyata dan kesadaran kolektif, kita bisa membawa bangsa ini ke arah yang lebih adil dan sejahtera.
Jangan sampai kemerdekaan menjadi sekadar jargon tanpa aksi nyata. Kita harus menghidupkan kembali semangat para pahlawan dengan cara memperjuangkan keadilan sosial dan menghapus kemiskinan yang masih menghantui banyak daerah.
Akhirnya, saya ingin mengajak seluruh elemen bangsa untuk bersama-sama memaknai kemerdekaan secara mendalam. Mari kita jadikan kemerdekaan bukan hanya warisan sejarah, tapi sebuah realitas hidup yang mampu membebaskan hati dan kehidupan seluruh rakyat Indonesia.
*) Ponirin Mika merupakan Ketua Lakpesdam MWCNU Paiton dan anggota Community of Critical Social Research Probolinggo
**) Isi tulisan di atas menjadi tanggung jawab penulis
***) Karikatur by Rihad Humala/Ketik.co.id
****) Ketentuan pengiriman naskah opini:
- Naskah dikirim ke alamat email redaksi@ketik.co.id.
- Berikan keterangan OPINI di kolom subjek
- Panjang naskah maksimal 800 kata
- Sertakan identitas diri, foto, dan nomor HP
- Hak muat redaksi.(*)