KETIK, MALANG – Prestasi membanggakan kembali diraih oleh mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang. Kali ini datang dari Ulfatu Fiki Ainurrohmah, mahasiswi semester 5 Fakultas Psikologi, yang sukses menjadi finalis Duta Santri Nasional 2024, Senin, 10 November 2025.
Keikutsertaan Ulfatu dalam ajang bergengsi ini berangkat dari semangatnya untuk berkontribusi sebagai santri. Meski hanya menempuh pendidikan pesantren selama tiga tahun, ia merasa nilai-nilai yang diperoleh dari pengalaman tersebut telah membentuk dirinya hingga saat ini.
“Saya belajar banyak tentang keikhlasan, kemandirian, dan bagaimana santri bisa membawa perubahan positif di masyarakat,” ungkapnya.
Baginya, menjadi santri bukan diukur dari lamanya mondok, melainkan dari bagaimana seseorang mampu menghidupkan nilai-nilai pesantren dalam kehidupan sehari-hari. Melalui ajang Duta Santri Nasional, Ulfatu ingin membuktikan bahwa santri bisa berprestasi di berbagai bidang dan tetap berpegang pada nilai-nilai keislaman.
Perjalanan Panjang Menuju Finalis Nasional
Ulfatu menuturkan bahwa proses seleksi Duta Santri Nasional berlangsung sangat ketat. Dari total 5.995 peserta se-Indonesia, setiap tahap menuntut kesiapan mental dan intelektual tinggi, mulai dari pemberkasan, wawancara, bootcamp, hingga sesi pitching.
“Saya tidak pernah menyangka bisa sampai sejauh ini, menjadi salah satu dari 30 finalis Duta Santri Nasional,” ujarnya.
Di tengah proses panjang itu, ia sempat merasa minder karena harus bersaing dengan peserta-peserta hebat dari seluruh Indonesia. Namun, ia memilih untuk tetap percaya diri dan menikmati setiap tahap yang dilalui.
“Saya belajar bahwa setiap proses pasti membawa pelajaran berharga. Yang penting adalah terus berusaha dan memberi yang terbaik,” tambahnya.
Kerja keras dan keikhlasannya akhirnya membuahkan hasil. Ulfatu berhasil membawa nama baik keluarga, kampus, dan pesantren yang telah membentuk dirinya.
Rasa Syukur dan Dukungan Penuh
Usai memenangkan penghargaan tersebut, Ulfatu mengaku masih sulit percaya dengan pencapaiannya. Namun yang paling berkesan baginya bukan hanya gelar yang didapat, melainkan pengalaman dan relasi baru yang ia peroleh selama karantina tujuh hari di Boyolali.
“Saya bertemu dengan banyak orang hebat yang saling menguatkan dan memberi inspirasi. Itu pengalaman berharga yang membuat saya semakin termotivasi untuk terus berkembang,” tuturnya.
Kebahagiaan juga dirasakan oleh orang tua dan dosen Ulfatu. Mereka menyampaikan rasa bangga dan haru atas pencapaiannya di tingkat nasional.
“Orang tua saya sampai terharu karena tahu perjuangan saya dari awal. Para dosen pun memberi ucapan selamat dan menyebut ini sebagai kebanggaan bersama,” katanya dengan senyum.
Harapan dan Pesan untuk Generasi Muda
Ke depan, Ulfatu berharap prestasi ini menjadi langkah awal untuk terus berkontribusi, baik di kampus, pesantren, maupun masyarakat luas. Ia bertekad untuk tidak cepat puas dan terus mengembangkan potensi diri.
“Jangan takut gagal sebelum mencoba. Setiap hal yang kamu miliki itu berharga. Tunjukkan potensimu dan ambil setiap kesempatan yang datang. Dari keberanian untuk melangkah, di situlah kita belajar dan tumbuh menjadi versi terbaik dari diri kita sendiri.”
Dengan semangat dan komitmen tersebut, Ulfatu Fiki Ainurrohmah membuktikan bahwa nilai-nilai pesantren tidak berhenti di dalam pondok, melainkan bisa hidup dan memberi manfaat di tengah masyarakat. (*)
