Mahasiswa UMM Ciptakan Kacamata Pintar Deteksi Obat untuk Tunanetra

30 September 2025 14:53 30 Sep 2025 14:53

Thumbnail Mahasiswa UMM Ciptakan Kacamata Pintar Deteksi Obat untuk Tunanetra
Mahasiswa UMM membuat inovasi kacamata pintar berbasis AI (Foto: Humas UMM)

KETIK, MALANG – Kacamata pintar atau smart glasses untuk membantu penyandang tunanetra diciptakan oleh mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Kacamata ini menunjukkan inovasi mahasiswa dalam bidang teknologi kesehatan dengan menggunakan artificial intellegence (AI) atau kecerdasan buatan.

Peralatan bertajuk vision medicine ini dikembangkan oleh mahasiswa UMM berawal dari keprihatinan banyaknya penyandang tunanetra dalam mengidentifikasi obat yang mereka konsumsi.

Dari sanalah lima mahasiswa UMM yakni Fitra Nur Ramadhani dan Muhammad Hanif dari dari Program Studi (Prodi) Informatika, Dwi Sukmawati, dari Prodi Farmasi, Zaki Hanif Izzet dari eknik Elektro, dan Riko Dwi Firmansyah dari Teknik Elektro, mengembangkan teknologi kacamata dengan memanfaatkan artificial intellegence (AI) dan teknologi voice assistant.

"Vision Medichine dirancang untuk memberikan informasi obat melalui keluaran suara secara real-time. Desainnya khusus dengan pendekatan generative AI dan teknologi voice assistant," kata Fitra Nur Ramadhani, dikonfirmasi pada Selasa 30 September 2025 di Malang.

Menurutnya, masih banyak berita dan informasi tentang tunanetra yang mengalami kesusahan untuk deteksi obat. Padahal aspek kesehatan merupakan hal yang penting bagi manusia. Dari situ, ia dan tim memutuskan untuk mengambil topik kesehatan ini.

"Penciptaan Vision Medichine ini terinspirasi dari perangkat virtuality yang selama ini digunakan oleh kalangan disabilitas. Dengan teknologi pemindai (scan) yang terintegrasi, pengguna cukup mengarahkan kacamata ke obat yang akan dikonsumsi," terangnya kembali.

Foto Perangkat kacamata pintar buatan mahasiswa UMM (Humas UMM)Perangkat kacamata pintar buatan mahasiswa UMM (Foto: Humas UMM)

Perangkat itu kemudian akan secara otomatis membacakan nama dan informasi dasar mengenai obat tersebut. Tak hanya itu, Vision Medichine juga dilengkapi dengan fitur voice assistant yang memungkinkan pengguna bertanya langsung kepada perangkat. 

“Alat ini didukung dengan voice assistant, jadi penggunanya atau tunanetranya ini bisa tanya-tanya juga terkait data setempat,” ucapnya.

Kelebihan lainnya adalah bentuk alat yang ergonomis dan efisien, sehingga memudahkan tunanetra dalam penggunaannya sehari-hari, tanpa perlu pelatihan teknis yang rumit sehingga dapat membantu penyandang tunanetra dalam segi kemandirian. Saat ini ia dan rekan-rekannya masih mengembangkan proyek vision medicine dan terus menunjukkan progres signifikan. 

“Alhamdulillah kemarin kita juga sudah sempat progres, mungkin kalau dihitung dengan persentase, mesin ini sudah mencapai 30-40 persen. Masih banyak yang harus dilakukan, tapi semua lancar dan aman. Apalagi komponen-komponen yang dibutuhkan sudah datang serta bimbingan dari dosen seperti Pak Galih Wasis Wicaksono yang sangat membantu,” paparnya .

Meski begitu, pengembangan alat ini tidak luput dari tantangan teknis. Beberapa komponen seperti kamera sempat tidak berfungsi dengan baik saat uji coba di lapangan. Tapi ia berharap inovasi ini mampu membawanya ke Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) dan mendapat pendanaan dari Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi.

"Ada beberapa komponen yang kita beli namun tidak berfungsi seperti yang kami harapkan, misalkan kamera ketika kami uji coba di lapangan hasilnya beda dan tidak berfungsi,” pungkasnya.(*)

Tombol Google News

Tags:

Universitas Muhammadiyah Malang UMM tunanetra kacamata pintar Artificial Intellegence