KETIK, MALANG – Bangkit, itulah yang dilakukan Suparno setelah dua tahun vakum dari pekerjaan akibat pandemi Covid-19. Warga asli Kabupaten Malang itu berhasil membuka usaha produksi tempe miliknya, dengan modal awal Rp200 ribu sejak 2022 setelah pandemi.
Modal awal digunakan untuk membeli kedelai dua kilo sebagai bahan percobaan. Namun percobaan awal itu tidak berhasil. Ia kemudian mendapatkan tambahan modal Rp500 ribu dari anak sulungnya.
“Awal-awal saya pernah membuang tempe karena busuk, kadang matang tidak sempurna, kadang matang tidak tepat waktu” ujarnya, Senin, 6 oktober 2025.
Pada dua tahun pertama kapasitas produksi hanya lima sampai tujuh kilogram per hari. Tempe hasil dari produksi di jual di sekitaran rumah dengan bantuan istri yang ikut memasarkan ke tetangga.
Memasuki tahun 2024, produksi naik signifikan 20 sampai 30 kilogram per hari. Penjualan ini tidak hanya menyasar tetangga, tetapi sudah menjangkau desa terdekat.
Menurutnya, suhu udara salah satu faktor penting dalam proses pembuatan tempe.
“Kalau musim dingin biasanya saya menutup rapat tempat peragian agar tempe matang dengan sempurna dan tepat waktu,” ujarnya.
Hingga kini usaha tempe sebagai sumber penghasilan utama keluarga. Suparno berharap usahanya terus berjalan lancar dan semakin berkembang sehingga banyak yang mengenal.(*)
