KETIK, MALANG – Universitas Brawijaya (UB) menentang konflik bersenjata antara Iran dan Israel yang terjadi sejak 13 Juni 2025 lalu. Besarnya penderitaan yang ditanggung warga sipil, membuat jajaran Rektorat UB mendesak pemerintah Indonesia menggencarkan diplomasi untuk penyelesaian konflik di Timur Tengah.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan Iran, per 25 Juni 2025 serangan yang dilakukan Israel menyebabkan lebih dari 600 korban jiwa, 4.700 orang luka-luka. Serangan di Jalur Gaza pun telah menewaskan lebih dari 55.000 jiwa yang mayoritas merupakan warga sipil.
Konflik bersenjata antara Israel-Palestina maupun Israel-Iran, berdampak pada ancaman Iran untuk menutup Selat Hormuz yang selama ini menyuplai 20 persen minyak dunia.
"Kami mendesak Pemerintah Indonesia mengambil peran aktif dan memimpin inisiatif diplomasi yang menjunjung penyelesaian damai, adil, dan bermartabat di Timur Tengah," ujar Rektor UB, Prof Widodo, Jumat 4 Juli 2025.
Pemerintah diharapkan mampu mengambil peran di berbagai forum internasional demi terciptanya penyelesaian konflik tanpa kekerasan. Pendekatan militer maupun kekerasan bersenjata harus segera dihentikan dan menggerakkan forum PBB maupun Organisasi Konferensi Islam (OKI).
Civitas Akademika UB sepakat bahwa operasi Rising Lion dan pengeboman fasilitas nuklir di Iran melanggar kedaulatan negara. Hal tersebut telah diatur dalam Pasal 51 Piagam PBB dan Konvensi Jenewa.
"Gencatan senjata harus dipatuhi dan ditaati. Pengingkaran terhadap gencatan senjata akan berimplikasi pada semakin berkepanjangannya konflik. Revitalisasi Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) perlu menjadi prioritas untuk menjaga transparansi dan stabilitas proyek nuklir kawasan," lanjutnya.
Penyerangan yang dilakukan militer Israel dinilai sebagai tindakan pembantaian manusia secara besar-besaran. Bukan hanya memakan korban jiwa, namun juga melanggar prinsip hukum humaniter internasional. Krisis kemanusiaan dan ketidakstabilan kawasan pun terjadi semakin besar.
"Pendekatan militer yang berakibat pada jatuhnya korban sipil, baik di Palestina, Iran maupun Israel, hanya akan memperparah situasi dan menciptakan siklus kekerasan tanpa akhir," katanya.
UB juga mendorong adanya solidaritas global dan bantuan kemanusiaan dari negara-negara lainnya. Termasuk organisasi dunia seperti United Nations Relief and Works Agency for Palestine (UNRWA) untuk bersatu mendukung perdamaian dunia.
"UB siap terlibat aktif dalam upaya pendidikan, riset aksi dan kebijakan, serta kerja sama lintas institusi untuk membangun dunia yang lebih aman, adil, damai, dan bebas dari kekerasan serta penindasan," pungkasnya.(*)