KETIK, SURABAYA – Kawasan Cempaka Baru, Kemayoran, Jakarta Pusat diliputi kepanikan pada Selasa siang, 9 Desember 2025, ketika gedung milik Terra Drone Indonesia tiba-tiba dilalap api.
Kebakaran disebut bermula sekitar pukul 12.43 WIB, saat sebuah ledakan terdengar dari lantai dasar, lokasi yang digunakan untuk penyimpanan dan pengisian baterai drone.
Beberapa saksi menyebut suara ledakan itu cukup kuat, diikuti asap hitam yang dengan cepat memenuhi ruangan.
Api yang muncul dari area gudang bergerak sangat cepat, menjalar ke lantai-lantai atas dan memerangkap banyak pekerja yang tengah berada di dalam gedung.
Asap tebal membuat sebagian besar penghuni berada dalam kondisi panik dan kesulitan bernapas. Tim pemadam kebakaran tiba tak lama kemudian, namun kondisi di dalam gedung sudah sangat buruk sehingga proses evakuasi berjalan dramatis.
Tragedi tersebut menewaskan 22 orang, mayoritas akibat sesak napas karena terjebak asap pekat. Di antara korban, terdapat 15 perempuan dan 7 laki-laki.
Polisi menyebut seluruh jenazah ditemukan dalam kondisi utuh, sehingga proses identifikasi bisa dilakukan lebih cepat. Sebanyak 54 orang lainnya berhasil diselamatkan, meski beberapa harus mendapatkan perawatan karena mengalami gangguan pernapasan dan syok.
Tim Labfor Polri langsung melakukan olah TKP untuk memastikan asal ledakan dan penyebab kebakaran. Penyelidikan awal mengarah pada kemungkinan adanya kerusakan atau kegagalan pada baterai litium yang sedang disimpan atau diisi ulang, namun pihak kepolisian menegaskan bahwa kesimpulan resmi belum dapat diberikan sebelum analisis forensik selesai.
Seorang pejabat kepolisian menyebut bahwa proses pendalaman masih berlangsung dan mencakup pemeriksaan standar keamanan gedung serta kemungkinan kelalaian prosedural.
Pemerintah daerah menyatakan akan menanggung seluruh biaya penanganan korban, termasuk perawatan bagi yang selamat dan pemakaman bagi korban meninggal.
Peristiwa ini sekaligus memunculkan perhatian publik terhadap standar keselamatan kerja di perusahaan teknologi, terutama yang beroperasi dengan bahan berisiko tinggi seperti baterai litium.
Banyak pihak menilai tragedi ini harus menjadi evaluasi besar terkait kesiapan fasilitas penyimpanan, ventilasi, hingga jalur evakuasi darurat di gedung perkantoran.
Hingga kini, petugas masih melakukan penyisiran lanjutan di area gedung dan keluarga korban terus berdatangan ke rumah sakit untuk proses identifikasi.
Sementara itu, pemeriksaan mendalam dari kepolisian diharapkan dapat mengungkap faktor penyebab utama dan memastikan apakah insiden ini murni kecelakaan atau ada unsur kelalaian yang harus dipertanggungjawabkan. (*)
