Mengenal Bōnenkai dan Shinnenkai, Tradisi Pesta Menutup dan Membuka Tahun dengan Kebersamaan di Jepang

31 Desember 2025 23:01 31 Des 2025 23:01

Thumbnail Mengenal Bōnenkai dan Shinnenkai, Tradisi Pesta Menutup dan Membuka Tahun dengan Kebersamaan di Jepang
Ilustrasi minum bir bersama rekan kerja (Foto: Arigato Travel)

KETIK, SURABAYA – Menjelang akhir tahun hingga awal tahun baru, Jepang memiliki dua tradisi sosial yang tak terpisahkan dari kehidupan kerja dan pertemanan: Bōnenkai dan Shinnenkai.

Keduanya sama-sama berupa pesta makan dan minum bersama, namun memiliki makna yang berbeda! 

Bōnenkai (忘年会) secara harfiah berarti ‘pesta melupakan tahun’. Tradisi ini biasanya digelar pada akhir Desember, menjelang pergantian tahun. 

Fokus utama Bōnenkai adalah menutup tahun lama dengan cara melupakan berbagai hal yang melelahkan, mulai dari tekanan kerja, target yang gagal tercapai, hingga konflik kecil yang telah dilalui.

Karena itu, suasananya cenderung lebih santai, kadang bahkan cukup liar, seolah menjadi ajang pelampiasan sebelum memasuki tahun baru. Dalam konteks kantor, Bōnenkai sering dianggap sebagai kewajiban sosial (tsukiai) demi menjaga keharmonisan kelompok atau wa.

Sementara itu, Shinnenkai (新年会) berarti ‘pesta tahun baru’. Acara ini biasanya diadakan pada awal Januari, setelah libur Tahun Baru. 

Berbeda dengan Bōnenkai yang bernuansa reflektif ke belakang, Shinnenkai justru berorientasi ke depan. 

Tujuannya adalah menyambut tahun baru, memperkuat semangat kerja, serta menyampaikan harapan dan resolusi ke depan. Suasana Shinnenkai umumnya lebih tertib dan positif, dengan percakapan seputar target baru, kerja sama, dan awal yang segar.

Secara singkat, Bōnenkai adalah tentang menutup dan melepaskan, sedangkan Shinnenkai adalah tentang membuka dan memulai kembali. 

Keduanya saling melengkapi, mencerminkan cara masyarakat Jepang memaknai pergantian tahun, bukan hanya sebagai momen perayaan, tetapi juga sebagai proses sosial untuk menjaga hubungan dan kebersamaan. 

Bōnenkai dan Shinnenkai umumnya diadakan di izakaya, bar ala Jepang yang menyajikan berbagai hidangan kecil dan minuman alkohol. Di musim dingin, menu yang hampir selalu hadir adalah nabe atau hot pot. 

Hidangan berkuah panas ini dianggap ideal untuk disantap ramai-ramai, menciptakan suasana akrab di tengah cuaca dingin. Dari karyawan kantor hingga kelompok teman dekat, duduk mengelilingi satu panci nabe menjadi simbol kebersamaan yang hangat. 

Salah satu momen paling penting dalam kedua acara ini adalah kanpai! Budaya bersulang bukan sekadar formalitas, melainkan aturan tak tertulis yang harus diikuti. 

Tidak sopan untuk minum sebelum semua gelas terisi dan pemimpin acara (biasanya atasan atau orang yang dituakan) meneriakkan “Kanpai!”. Setelah itu barulah percakapan mengalir bebas, sekat hierarki kantor pun perlahan mencair.

Untuk mendukung suasana pesta, banyak restoran menawarkan paket nomihoudai, yaitu minum sepuasnya selama dua hingga tiga jam! 

Mirip dengan all you can eat, paket ini menjadi pilihan favorit karena lebih praktis dan ekonomis, terutama untuk acara kantor dengan jumlah peserta besar. Bir, sake, hingga highball biasanya termasuk dalam paket ini, meski tetap ada batasan waktu yang harus dipatuhi.

Menariknya, acara tidak selalu berhenti setelah sesi utama selesai. Dalam budaya Jepang, sering kali muncul nijikai atau ‘pesta kedua’. 

Peserta yang masih berenergi akan melanjutkan malam ke bar lain, izakaya yang lebih kecil, atau bahkan karaoke hingga tengah malam. Nijikai dianggap lebih santai dan personal, karena biasanya hanya diikuti oleh kelompok kecil.

Melalui Bōnenkai dan Shinnenkai, orang-orang dewasa di Jepang dapat memperkuat hubungan sosial, menutup tahun dengan saling memaafkan, dan membuka tahun baru dengan semangat kebersamaan! (*)

Tombol Google News

Tags:

Bōnenkai Shinnenkai Minum Tahun baru Bir kantor Tradisi Nataru Jepang new year