KETIK, PACITAN – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pacitan melalui Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) setempat memperketat upaya pengamanan kesehatan hewan dengan memperluas vaksinasi antraks.
Langkah ini diambil setelah kajian internal menunjukkan Pacitan menjadi salah satu daerah perlintasan ternak antardaerah yang cukup sibuk, terutama di wilayah barat.
Hingga saat ini, vaksinasi telah menjangkau 1.345 kambing dan 77 sapi di Desa Sedeng dan Bangunsari. Kelurahan Sidoarjo masuk daftar lokasi berikutnya, Jumat, 21 November 2025.
“Kami bergerak cepat karena posisi Pacitan ini dilewati mobilitas ternak dari berbagai arah. Ini memerlukan deteksi dini yang kuat,” ujar Kepala DKPP Pacitan, Sugeng Santoso.
Berdasarkan pemetaan DKPP, wilayah barat Pacitan merupakan titik yang paling sering dilalui alur perdagangan ternak dari Jawa Tengah dan DIY menuju wilayah selatan Jawa Timur.
“Arus masuk keluar ternak di daerah itu lebih tinggi daripada kecamatan lainnya. Kalau ada penyakit menular seperti antraks, risikonya bisa langsung terbawa ke Pacitan,” kata Sugeng.
Karena itu, zona tersebut ditempatkan sebagai prioritas vaksinasi tahap awal untuk mencegah kemungkinan perpindahan penyakit lintas daerah.
Selain vaksinasi, petugas melakukan pemeriksaan kesehatan awal terhadap setiap ternak untuk memastikan kondisi fisiknya layak menerima vaksin.
“Screening kami lakukan ketat. Kami lihat suhu tubuh, respons gerak, kondisi nafsu makan, sampai kondisi kulit. Ini penting supaya vaksin memberi hasil maksimal,” jelas Sugeng.
DKPP juga mencatat pola penyebaran ternak yang keluar-masuk antar desa sebagai bagian dari pemetaan risiko.
Sebagai bentuk kesiapsiagaan, DKPP menyiapkan paket obat pendamping untuk meminimalisir gejala pascavaksin, seperti multivitamin, antihistamin, dan antipiretik.
“Ini bagian dari protokol keselamatan. Kami ingin memastikan seluruh proses aman, baik bagi ternak maupun peternaknya,” tambah Sugeng.
DKPP menilai reaksi pascavaksin yang muncul di beberapa ternak masih dalam tahap wajar dan tidak menimbulkan dampak serius.
Sugeng menjelaskan, kekebalan ternak baru terbentuk 14 hari setelah vaksin diberikan dan bertahan 6–12 bulan. Karena itu vaksinasi ulang menjadi bagian dari strategi jangka panjang.
“Kalau kita bicara daerah dengan mobilitas ternak tinggi, vaksinasi adalah perlindungan paling efektif. Ini benteng pertama kita,” ujar Sugeng.
DKPP memastikan vaksinasi akan diperluas meliputi wilayah yang memiliki populasi ternak lebih sedikit namun tetap masuk jalur distribusi.
“Tidak hanya daerah populasi besar. Desa yang dilewati arus ternak tetap kami jangkau. Risiko itu tidak mengenal jumlah,” tegas Sugeng.
Dengan penguatan screening, vaksinasi, dan edukasi lapangan, DKPP berharap Pacitan dapat meminimalkan risiko paparan antraks meski berada di jalur mobilitas ternak antarprovinsi.(*)
