Isu Etika dan Privasi di Era Digital: Tantangan dan Solusi

11 Juli 2025 10:13 11 Jul 2025 10:13

Thumbnail Isu Etika dan Privasi di Era Digital: Tantangan dan Solusi
Oleh: Insan Mangun Puspita*

Di era digitalisasi yang semakin berkembang ini, teknologi memengaruhi hampir setiap aspek kehidupan manusia, baik dalam interaksi sosial, pekerjaan, pendidikan, hingga hiburan. Di balik kemudahan yang diberikan oleh teknologi, ada pula tantangan yang muncul, terutama dalam hal etika dan privasi.

Perkembangan teknologi informasi telah membawa dampak besar bagi masyarakat, membuka peluang baru sekaligus menimbulkan masalah-masalah yang membutuhkan perhatian serius.

Dua isu utama yang menjadi perhatian adalah etika dan privasi yakni:

1. Era Digital dan pengaruh terhadap Etika

Dalam konteks ini, merujuk pada prinsip-prinsip moral yang mengatur bagaimana kita bertindak, terutama dalam hubungan dengan orang lain. Di dunia digital, etika terkait dengan cara kita menggunakan teknologi dan informasi untuk tujuan tertentu. Tindakan yang sebelumnya dianggap normal dalam interaksi dunia nyata, kini menjadi sesuatu yang patut dipertanyakan ketika dilakukan di dunia maya.

Salah satu isu besar muncul adalah penyebaran informasi yang tidak benar atau hoaks. Di medsos informasi dapat dengan cepat menyebar tanpa filter, dan sering kali kita melihat berita palsu beredar luas. 

Penyebaran hoaks ini tidak hanya merugikan individu atau kelompok, tetapi dapat mempengaruhi opini publik bahkan kebijakan pemerintah. Masalah ini menunjukkan pentingnya etika dalam berbagi informasi.

Selain itu, saat ini plagiarisme menjadi masalah besar dunia digital. Mudahnya mengakses konten dari berbagai sumber membuat seseorang lebih mudah menyalin dan mengklaim karya orang lain sebagai miliknya. Dalam dunia akademik maupun profesional, plagiarisme dapat merusak integritas dan kredibilitas.

Tidak hanya itu, penggunaan algoritma pada platform digital menghadirkan dilema etika. Misalnya, algoritma platform medsos atau e-commerce untuk merekomendasikan produk atau konten sering kali disesuaikan dengan data pribadi pengguna.

Fenomena itu dapat mengarah pada manipulasi dan pengaruh yang tidak selalu terlihat oleh pengguna, seperti pembentukan gelembung informasi (filter bubbles) atau bahkan ketergantungan berlebihan pada produk atau layanan tertentu.

2. Privasi di Era Digital: Ancaman dan Solusi

Di sisi lain, privasi menjadi isu utama yang semakin krusial di era digital. Semua aktivitas online, dari browsing hingga transaksi digital, menghasilkan data yang dapat digunakan untuk berbagai tujuan. Namun, penggunaan data pribadi ini sering kali menimbulkan pertanyaan mengenai siapa yang memiliki hak atas data dan bagaimana data tersebut harus dilindungi.

Salah satu ancaman besar terhadap privasi adalah pengumpulan data pribadi oleh perusahaan-perusahaan besar. Banyak aplikasi atau layanan digital yang meminta izin kepada pengguna untuk mengakses data pribadi mereka, seperti lokasi, riwayat pencarian, kontak, dan bahkan aktivitas sehari-hari. Pengguna sering kali setuju dengan izin ini tanpa sepenuhnya memahami apa yang akan dilakukan dengan data tersebut dan seberapa jauh data tersebut akan digunakan.

Selain itu, ancaman dari peretasan (hacking) juga menjadi perhatian besar. Data pribadi yang tidak dilindungi dengan baik dapat jatuh ke tangan salah. Sehingga,dapat mengakibatkan pencurian identitas atau penyalahgunaan data.

Berbagai kasus peretasan di perusahaan besar menunjukkan betapa rentannya data pribadi yang disimpan dalam platform digital misalnya, kebocoran data di platform sosial media atau layanan cloud bisa menimbulkan konsekuensi serius bagi individu yang datanya terungkap, seperti hilangnya privasi personal, atau bahkan eksposur terhadap ancaman fisik.

Pengawasan massal juga menjadi isu yang semakin relevan, terutama terkait dengan kebijakan pemerintah atau lembaga tertentu yang berupaya untuk mengawasi aktivitas warganya di dunia digital. Meski ini sering kali dikaitkan dengan upaya menjaga keamanan negara atau mencegah terorisme, praktik ini menimbulkan pertanyaan serius tentang sejauh mana pengawasan dapat diterima dalam sebuah masyarakat demokratis.

3. Tantangan Etika dan Privasi dalam Penggunaan Teknologi Baru

Dengan pesatnya kemajuan teknologi, muncul pula tantangan baru yang semakin mempersulit masalah etika dan privasi. Misalnya, kecerdasan buatan artificial intelligence atau AI, yang semakin sering digunakan dalam berbagai sektor. AI memiliki kemampuan untuk memproses dan menganalisis data dalam jumlah besar dengan kecepatan luar biasa. Namun, penggunaan AI juga menimbulkan tantangan besar terkait transparansi, akuntabilitas, dan bias algoritma.

Salah satu contoh di dunia rekrutmen. Banyak perusahaan mulai menggunakan AI untuk menganalisis lamaran kerja, tetapi bagaimana jika algoritma ini secara tidak sengaja memperkuat bias rasial atau gender dalam pengambilan keputusan? Hal ini tentu saja merugikan individu yang tidak mendapatkan kesempatan yang sama hanya karena bias yang tidak disadari dalam data digunakan untuk melatih AI.

Selain AI, internet of things (IoT) juga menghadirkan masalah terkait privasi. Dengan semakin banyaknya perangkat yang terhubung ke internet, dari perangkat rumah tangga seperti kulkas hingga kendaraan bermotor, data yang dihasilkan dari aktivitas sehari-hari semakin mudah dikumpulkan.

Data ini, meskipun digunakan untuk kenyamanan pengguna, dapat mengungkapkan informasi sangat pribadi, seperti kebiasaan belanja, rutinitas harian, dan bahkan pola tidur. Tanpa perlindungan yang tepat, data tersebut bisa jatuh ke tangan yang salah.

4. Regulasi dan Kebijakan untuk Menangani Isu Etika dan Privasi

Mengingat banyaknya tantangan muncul, beberapa negara dan organisasi internasional mulai merancang kebijakan dan regulasi untuk melindungi etika dan privasi di dunia digital. General Data Protection Regulation (GDPR) yang diterapkan di Uni Eropa adalah salah satu contoh kebijakan yang bertujuan untuk memberikan kontrol lebih besar kepada individu atas data pribadi mereka.

Regulasi ini mewajibkan perusahaan untuk meminta persetujuan eksplisit dari pengguna sebelum mengumpulkan data mereka dan memberi mereka hak untuk mengakses, mengubah, atau menghapus data tersebut.

Namun, meskipun ada upaya regulasi, tantangan besar tetap ada. Peraturan saat ini belum sepenuhnya mengatasi semua aspek dari perkembangan teknologi yang cepat. Beberapa negara juga menghadapi kesulitan dalam menerapkan regulasi, terutama terkait dengan perusahaan global yang beroperasi di banyak wilayah.

5. Solusi untuk Mengatasi Isu Etika dan Privasi

Ada beberapa langkah yang bisa diambil untuk mengurangi dampak negatif dari masalah etika dan privasi di era digital yakni:

Edukasi Pengguna

Salah satu cara terbaik untuk melindungi privasi dan mengatasi masalah etika adalah dengan memberikan edukasi kepada pengguna. Pengguna yang lebih sadar tentang bagaimana data mereka dikumpulkan dan digunakan cenderung lebih berhati-hati dalam berbagi informasi online.

Transparansi Perusahaan Teknologi

Perusahaan teknologi perlu lebih transparan mengenai bagaimana mereka mengumpulkan dan menggunakan data pribadi. Mereka harus memastikan bahwa data yang dikumpulkan hanya digunakan untuk tujuan yang sah dan memberikan pengguna kontrol penuh atas data mereka.

Penggunaan Teknologi untuk Keamanan

Teknologi enkripsi dan proteksi data yang lebih kuat dapat membantu melindungi data pribadi dari peretasan. Penggunaan autentikasi dua faktor (2FA) dan teknologi lainnya dapat membantu mengurangi risiko kebocoran data.

Kebijakan yang Tegas

Pemerintah perlu merumuskan kebijakan yang jelas dan tegas mengenai perlindungan privasi dan etika digital. Selain itu, regulasi yang lebih baik terhadap AI, IoT, dan platform digital dapat mengurangi potensi penyalahgunaan data pribadi.

Kesimpulannya, di era digital serba cepat ini, isu etika dan privasi menjadi tantangan yang tak bisa diabaikan. Penggunaan teknologi semakin meluas membawa dampak positif namun juga menimbulkan risiko signifikan.

Perlindungan terhadap privasi dan pengaturan etika yang jelas harus menjadi prioritas bagi individu, perusahaan, dan pemerintah. Hanya dengan pendekatan holistik dan kerja sama dari berbagai pihak, kita dapat memastikan bahwa kemajuan teknologi tidak mengorbankan nilai-nilai etika dan privasi fundamental bagi kehidupan kita.

*) Insan Mangun Puspita merupakan Mahasiswa Magister Administrasi Publik Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya.

**) Isi tulisan di atas menjadi tanggung jawab penulis

***) Karikatur by Rihad Humala/Ketik.co.id

****) Ketentuan pengiriman naskah opini:

  • Naskah dikirim ke alamat email redaksi@ketik.co.id.
  • Berikan keterangan OPINI di kolom subjek
  • Panjang naskah maksimal 800 kata
  • Sertakan identitas diri, foto, dan nomor HP
  • Hak muat redaksi.(*)

Tombol Google News

Tags:

teknologi ketikers Pemkabtuban TIK ekonomi&bisnis