KETIK, SURABAYA – Malam pergantian tahun selalu identik dengan perayaan meriah, pesta, dan berbagai aktivitas hiburan. Namun di balik euforia tersebut, fenomena Fear of Missing Out (FOMO) kerap menyerang kalangan generasi muda.
FOMO merujuk pada perasaan takut tertinggal momen penting ketika melihat orang lain menikmati perayaan yang dianggap lebih seru dan berkesan.
Fenomena ini tidak lepas dari peran media sosial yang semakin dominan menjelang malam Tahun Baru.
Berbagai unggahan foto dan video perayaan memenuhi lini masa, memicu dorongan untuk ikut serta agar tidak merasa tertinggal dari lingkungan sosial.
Ada sejumlah faktor yang membuat FOMO menguat pada momen pergantian tahun, antara lain:
1. Peran media sosial yang masif
Media sosial menampilkan potongan momen terbaik dari berbagai perayaan. Hal ini kerap menciptakan pandangan bahwa semua orang merayakan Tahun Baru dengan cara yang lebih menyenangkan, sehingga memicu perasaan tertinggal bagi yang tidak melakukan hal serupa.
2. Tekanan sosial dan tren perayaan
Perayaan Tahun Baru sering dianggap sebagai momen “wajib” untuk dirayakan secara spesial. Tren pesta, konser, atau liburan akhir tahun membuat sebagian orang merasa harus mengikuti standar tersebut agar tetap dianggap relevan.
3. Makna simbolis pergantian tahun
Tahun Baru dianggap sebagai penutup dan awal siklus hidup. Makna simbolis ini mendorong keinginan untuk menciptakan momen berkesan agar selalu melekat di ingatan, yang pada akhirnya memicu kecemasan jika tidak ikut dalam perayaan tertentu.
Jika tidak disikapi dengan bijak, FOMO dapat menimbulkan berbagai dampak, di antaranya:
1. Stres dan tekanan secara emosional
Rasa takut tertinggal membuat seseorang memaksakan diri mengikuti acara yang sebenarnya tidak diinginkan, sehingga justru menimbulkan tekanan psikologis.
2. Perilaku konsumtif berlebihan
FOMO mendorong pengeluaran ekstra untuk tiket acara, pakaian, jajanan, hingga liburan demi terlihat “ikut merayakan” momen Tahun Baru.
3. Hilangnya makna perayaan
Alih-alih menjadi momen refleksi dan kebersamaan, Tahun Baru justru berubah menjadi ajang perbandingan sosial yang membuat rasa puas dan bahagia semakin berkurang.
Masyarakat harus lebih sadar dalam menyikapi FOMO, dengan memilih aktivitas yang sesuai dengan kebutuhan diri, serta memaknai pergantian tahun secara personal. Dengan demikian, momen Tahun Baru dapat tetap dinikmati tanpa tekanan untuk mengikuti standar perayaan orang lain.(*)
