Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional, Macan Cirebon KH Abbas Buntet Jadi Topik Saresehan Kebangsaan

31 Agustus 2025 13:47 31 Agt 2025 13:47

Thumbnail Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional, Macan Cirebon KH Abbas Buntet Jadi Topik Saresehan Kebangsaan
Sarasehan Kebangsaan “Keteladanan Sikap Patriotisme Para Pejuang Kemerdekaan RI, di GSG Kel Rancaekek Kencana Kec Rancaekek Kab Bandung, Sabtu (30/8/25). (Foto:Iwa/Ketik)

KETIK, BANDUNG – Pendiri Laskar Hizbullah, KH Abbas Abdul Jamil (KH Abbas Buntet) menjadi topik pembahasan khusus dalam Sarasehan Kebangsaan, di Gedung Serba Guna Kelurahan Rancaekek Kencana Kecamatan Rancaekek Kabupaten Bandung, Sabtu 30 Agustus 2025.

Saresehan yang digelar Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWC NU) Kecamatan Rancaekek Kabupaten Bandung yang bekerjasama dengan Baznas Kabupaten Bandung ini dihadiri ratusan peserta dari berbagai elemen selain dari NU sendiri, juga termasuk undangan ormas lainnya. 

Bertema “Keteladanan Sikap Patriotisme Para Pejuang Kemerdekaan RI, saresehan dimoderatori oleh Ketua PRNU Rancaekek Kencana, Dr. Taufik Hidayatullah. Saresehan ini digelar dalam rangka mendukung diusulkannya KH Abbas Buntet untuk dijadikan Pahlawan Nasional RI, dalam rangka penghormatan atas jasa perjuangannya.

Sejauh ini, pengusulan tersebut sudah memenuhi syarat administratif dan telah diverifikasi oleh Kementerian Sosial dan Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar Pusat (TP2GP). Pengusulan ini didasari oleh jasa-jasa KH Abbas Buntet dalam perjuangan kemerdekaan RI dan kontribusi di bidang pendidikan Islam, terutama dalam pertempuran di Surabaya pasca-kemerdekaan.

Tampil sebagai nara sumber dalam Saresehan Kebangsaan ini antara lain Ketua Lakpesdam Rancaekek KH Aan Aliyudin, Sejarawan KH Nanang Mukjijat dan Camat Rancaekek Diar Hadi Gusdinar yang membuka saresehan. Narsum lainnya yaitu yang mewakili  Danramil Rancaekek, dan Ketua Komisi D DPRD Kabupaten Bandung Cecep Suhendar.

Cecep Suhendar menyatakan Kemerdekaan RI dapat diraih oleh rakyat Indonesia yang mayoritas muslim, khususnya lagi dari NU.

"Perjuangan warga NU, para kiai NU, saat merebut kemerdekaan sampai diintimidasi, disiksa, dipenjarakan, diadu domba, mereka berkorban tanpa pamrih dan tidak butuh balas budi sampai tercapai kemerdekaan itu dan ini tercatat dalam sejarah," kata Cecep.

Cecep juga mengaku sosok KH Abbas Buntet adalah salah satu idolanya karena merupakan seorang ulama besar dari kalangan NU yang berani secara berani dan terbuka melawan penjajah.

"Tentu saya sebagai anggota DPRD Kabupaten Bandung juga turut mendukung KH Abbas Buntet ini dijusulkan menjadi Pahlawan Nasional atas jasa-jasanya yang luar biasa bagi NKRI," tandas Cecep.

Menurut narasumber lainnya, Ketua Lakpesdam MWC NU Rancaekek Aan Aliyudin menjelaskan, KH Abbas Djamil Buntet adalah seorang ulama sekaligus pahlawan yang luar biasa perjuangannya dalam merebut kemerdekaan.

Aan menuturkan secara singkat biografi dari KH. Abbas Buntet, yang lahir pada Jumat 24 Zulhijah 1300 H atau 1879 M di Desa Pekalangan, Cirebon. Merupakan putra sulung KH. Abdul Jamil. 

Foto KH Abbas Abdul Jalil.(Foto:ist)KH Abbas Abdul Jalil.(Foto:ist)

Berdasarkan jalur nasab dari sang ayah, KH Abbas merupakan turunan dari KH. Muta’ad yang tak lain adalah menantu pendiri Pesantren Buntet, yakni Mbah Muqayyim salah seorang mufti di Kesultanan Cirebon. 

Jika ditelusuri ke atas, kata Aan, Kiai Abbas adalah keturunan KH Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Djati), salah seorang anggota Wali Songo, sekaligus pendiri Keraton Kasepuhan Cirebon.

"Ketika negara memanggil, Kiai Abbas bersama para ulama lain mencetuskan Resolusi Jihad. Ia adalah salah satu pendiri Laskar Hizbullah, sebuah organisasi militer Islam di bawah binaan Masyumi yang dibentuk pada masa penjajahan Jepang di Indonesia, tepatnya tahun 1944," papar Aan. 

Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, lanjut Aan, Laskar Hizbullah justru menjadi salah satu kekuatan penting yang berjuang melawan penjajah Belanda dan sekutunya. 

"Dengan landasan ideologis, spiritual dan patriotisme dari fatwa Resolusi Jihad, Laskar Hizbulloh pun berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Di antaranya terlibat dalam perang 10 November 1945 di Surabaya dengan Komandan Laskar Hizbulloh KH Abbas Buntet sendiri," tutur Aan.

Tanpa Resolusi Jihad, kata Aan, perlawanan rakyat Surabaya mungkin tidak sekuat dan seberani itu. Karena itulah, peristiwa 10 November disebut juga sebagai buah dari Resolusi Jihad.

"Hingga suatu ketika semua pasukan Hizbullah-Sabilillah sedang bersiap-siap mengadakan perlawanan di Surabaya, Kiai Hasyim berkata “Kita tunggu dulu Macan dari Cirebon”. Kiai Hasyim menjuluki Kyai Abbas dengan Macan dari Cirebon karena keberaniannya dalam pertempuran," kata Aan. 

Setelah Kiai Abbas beserta pasukan ia bawa dari Jawa Barat tiba, barulah Kiai Hasyim merestui dimulainya pertempuran dengan dipimpin Kiai Abbas. 

Bersama yang lain, Kiai Abbas merancang strategi perang gerilya dan membakar semangat jihad di kalangan pejuang. Sebagai ulama dan mursyid tarekat, KH. Abbas juga memberi dukungan spiritual: doa, wirid, dan zikir untuk memperkuat mental para pejuang.

Sementara itu narsum lainnya, Nanang Mu’jijat menjelaskan, KH Abbas adalah seorang ulama kharismatik yang menjadi tokoh sentral di Jawa Barat yang bersama muasis NU KH Hasyim Ashari mencetuskan Resolusi Jihad.

"Atas peran KH Abbas Buntet, Resolusi Jihad ini pun didukung oleh kesultan-kesultanan lain yang berafiliasi ke nusantara antara lain Cirebon, Banten, Solo, Jogja, Pajang Surabaya dan daerah lainnya di Indonesia. Lebih dari itu KH Abbas Bunten juga mendirikan Laskar Hizbulloh untuk berperang melawan penjajah dengan semangan Resolusi Jihad," kata Nanang.(*)
 

Tombol Google News

Tags:

nulakpesdam nu mwc nu rancaekek KH Abbas Buntet ULAMA pahlawan nasional PAHLAWAN