Gerebek Batu

Melihat Museum HAM Munir Kota Batu, Kini Tinggal Nama

10 Desember 2025 16:23 10 Des 2025 16:23

Thumbnail Melihat Museum HAM Munir Kota Batu, Kini Tinggal Nama
Museum dan Galeri Seni Kota Batu, awal dibangun untuk Museum HAM Munir, Rabu, 10 Desember 2025. (Foto: Ketik.com)

KETIK, BATU – Cita-cita mendirikan Museum Hak Asasi Manusia (HAM) Munir di Kota Batu tampaknya masih jauh panggang dari api. Gedung megah yang didirikan di Kelurahan Sisir, Kota Batu, sejak dicanangkan pada 2019 itu, hingga kini tidak difungsikan sesuai tujuan awal pembangunannya.

Alih-alih menjadi pusat edukasi HAM, bangunan yang kini bernama Museum dan Galeri Seni Kota Batu tersebut tampak lengang dan belum beroperasi penuh, sementara koleksi utama Museum HAM Munir telah resmi dipindahkan.

Pada 8 Desember 2019, bertepatan dengan Hari Ulang Tahun Munir Said Thalib, proyek pembangunan Museum HAM Munir secara resmi dicanangkan di Kota Batu. Peletakan batu pertama dilakukan oleh Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa. Acara tersebut disaksikan oleh Suciwati dan Diva Munir (istri dan anak almarhum Munir).

Pada momentum tersebut, Gubernur Khofifah menyatakan bahwa Museum HAM Munir akan menjadi Museum HAM pertama di Indonesia. Ia mengungkapkan, pendirian museum ini adalah bentuk kebersamaan dalam membangun prinsip HAM, serta upaya masif dalam edukasi, literasi, dan memanggil memori untuk universalisme berkemanusiaan.

Enam tahun berselang dari pencanangan, Museum HAM Munir tak kunjung terealisasi. Berdasarkan pantauan Ketik.com pada Rabu, 10 Desember 2025, kondisi gedung museum yang kini telah berganti nama menjadi Museum dan Galeri Seni Kota Batu itu terlihat sepi.

Foto Kondisi Museum dan Galeri Seni Kota Batu masih minim koleksi. (Foto: Ketik.com)Kondisi Museum dan Galeri Seni Kota Batu masih minim koleksi. (Foto: Ketik.com)

Media ini disambut oleh Ilham, petugas keamanan gedung. Ia membenarkan bahwa museum belum resmi beroperasi dan saat ini masih dalam tahap renovasi.

"Belum resmi buka, sekarang masih renovasi," ujar Ilham.

Meskipun demikian, Ilham mempersilakan untuk melihat kondisi di dalam gedung. Benar saja, interior museum tampak belum tertata sempurna, dan koleksi benda yang dipajang pun sangat minim.

Benda koleksi yang tersedia saat ini didominasi oleh foto-foto lawas tata kota, mulai dari alun-alun, masjid, monumen, dan bangunan heritage peninggalan kolonial Belanda. Terdapat pula sepasang baju adat khas Kota Batu, "Sekar Bawana."

Foto Salah satu koleksi Museum dan Galeri Seni Kota Batu, baju khas daerah Kota Batu Sekar Bawana. (Foto: ketik.com)Salah satu koleksi Museum dan Galeri Seni Kota Batu, baju khas daerah Kota Batu Sekar Bawana. (Foto: ketik.com)

Menurut Ilham, koleksi Museum HAM Munir sempat mendiami gedung ini, namun kini telah dipindahkan.

"Tapi kemudian pindah ke UB (Universitas Brawijaya)," ungkapnya, tanpa mengetahui pasti alasan pemindahan arsip-arsip tersebut.

Melansir laman resmi Fakultas Hukum UB, Museum HAM Munir memang sempat dipindahkan dan diresmikan di Gedung B Fakultas Hukum (FH) Universitas Brawijaya (UB) pada 28 Agustus 2024.

Peresmian museum di FH UB ini dilakukan oleh Dekan Fakultas Hukum UB, Dr. Aan Eko Widiarto, dan Wakil Rektor Bidang Keuangan dan Sumber Daya UB, Prof. Dr. Ali Safaat. Dekan FH UB menyampaikan bahwa peresmian museum ini adalah bentuk nyata dedikasi dalam menghormati dan melanjutkan perjuangan Munir, dengan harapan museum dapat menjadi pusat edukasi, refleksi, dan kajian HAM bagi masyarakat, terutama generasi muda.(*)

Tombol Google News

Tags:

Museum HAM Munir museum HAM Munir Said Thalib Kota Batu museum Munir Universitas Brawijaya Suciwati Gerebek Batu