KETIK, SLEMAN – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sleman kembali mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap penyakit leptospirosis, terutama di tengah kondisi cuaca yang tidak menentu, sering mendung, dan berpotensi turun hujan.
Menurut WHO, Leptospirosis adalah penyakit zoonosis yang disebabkan oleh bakteri Leptospira dan ditularkan melalui perantara tikus. Penyakit ini dapat menjangkiti manusia dan hewan.
Bakteri Leptospira ini paling umum memasuki tubuh melalui hidung, mulut, atau mata, atau melalui abrasi kulit saat orang terpapar air yang terkontaminasi urine dari hewan yang terinfeksi.
Leptospirosis terjadi di seluruh dunia tetapi lebih banyak muncul di wilayah-wilayah tropis dan subtropis yang mengalami curah hujan yang tinggi.
"Peningkatan curah hujan dan potensi genangan air sangat meningkatkan risiko penularan leptospirosis, penyakit yang disebarkan oleh bakteri yang dibawa urine tikus," ujar Kepala Dinkes Sleman, dr Cahya Purnama MKes, Minggu, 5 Oktober 2025.
Disebutkan, kondisi cuaca saat ini sangat mendukung penyebaran bakteri Leptospira. Hujan deras yang diikuti genangan air berlumpur atau sisa banjir adalah media yang ideal bagi bakteri tersebut untuk masuk ke tubuh manusia melalui luka terbuka atau selaput lendir.
"Bakteri Leptospira, sering kali disebarkan melalui urine tikus. Penularan meningkat pesat di musim hujan karena genangan air atau banjir yang terkontaminasi kotoran tikus menjadi media penyebaran bakteri. Bakteri ini dapat masuk ke tubuh manusia melalui luka terbuka, selaput lendir seperti mata dan hidung, atau bahkan melalui makanan yang tidak bersih," ungkapnya.
Untuk itu, Cahya Purnama menekankan bahwa kewaspadaan adalah kunci untuk mencegah penyebaran lebih luas.
"Jumlah kasus ini cukup mengkhawatirkan. Kami meminta masyarakat untuk tidak lengah dan segera mengambil langkah-langkah pencegahan," imbuhnya.
Oleh karena itu, Dinas Kesehatan Sleman menghimbau kepada masyarakat untuk melakukan langkah-langkah pencegahan, terutama pengendalian vektor, karena penyakit ini termasuk kategori zoonosis atau penyakit yang ditularkan oleh hewan.
Kejadian leptospirosis terkait erat dengan faktor-faktor risiko infeksi. Penularan Leptospirosis berasal dari hewan-hewan yang berperan sebagai sumber penularan, yaitu rodent (tikus, tupai), kambing, sapi, kucing, anjing, kuda, burung, serangga, serta insektivora (landak, kelelawar).
Menurut International Leptospirosis Society (ILS), Indonesia menjadi negara dengan insiden Leptospirosis yang tinggi. Setelah negara Cina dan India, Indonesia menduduki peringkat ke-3 di dunia untuk kasus mortalitas atau kematian yang paling tinggi. Angka kematian (Case Fatality Rate/CFR) Leptospirosis di Indonesia termasuk tinggi.
Waspada dan Pencegahannya
Untuk mengurangi risiko tertular leptospirosis, Dinkes Sleman mengimbau masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan.
"Pastikan rumah, pekarangan, dan tempat penyimpanan makanan bersih dari sisa makanan yang dapat mengundang tikus. Tutup lubang-lubang yang bisa menjadi sarang tikus," imbaunya.
Selain itu, Cahya Purnama juga menyampaikan supaya menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) saat bekerja atau membersihkan area kotor, berlumpur, atau bekas banjir (terutama jika ada luka terbuka). Wajib gunakan sarung tangan, sepatu bot, dan pakaian tertutup untuk mencegah kontak langsung kulit dengan air atau tanah yang mungkin terkontaminasi kencing tikus.
"Tutup luka terbuka; segera bersihkan dan tutup semua luka atau lecet di kulit dengan perban kedap air sebelum beraktivitas di luar ruangan," ucapnya.
Ia tambahkan, simpan makanan dengan aman dengan memastikan makanan dan minuman disimpan dalam wadah tertutup rapat yang tidak dapat dijangkau tikus.
Berikutnya, jaga kebersihan lingkungan dengan memastikan rumah dan sekitarnya bersih dari sampah atau tumpukan barang yang bisa menjadi sarang tikus.
"Cuci bersih diri; segera cuci tangan, kaki, dan bagian tubuh lainnya dengan sabun setelah berinteraksi dengan tanah atau air yang berpotensi terkontaminasi," tekannya.
Ia tekankan pula, jika mengalami gejala seperti demam tinggi mendadak, sakit kepala hebat, nyeri otot betis, atau mata merah, segera periksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat. Deteksi dini dan penanganan yang cepat sangat penting untuk mencegah komplikasi fatal. Mengingat deteksi dini menjadi penentu keberhasilan pengobatan, dr Cahya mengingatkan masyarakat agar segera mencari bantuan medis jika mengalami gejala khas Leptospirosis.
“Jika mengalami demam tinggi mendadak, sakit kepala hebat, nyeri otot yang parah (terutama betis), atau mata merah setelah terpapar genangan air, jangan tunda. Segera periksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat,” pungkas dr Cahya, (*)