KETIK, BATU – Wali Kota Batu Nurochman menyampaikan lima arahan utama dalam Apel Kesiapan Tanggap Darurat Bencana Hidrometeorologi di halaman Balai Kota Among Tani, Selasa, 11 November 2025.
Dengan mengusung tema “Mewujudkan Mbatu Sae Tangguh Bencana”, apel itu untuk memastikan kesiapan seluruh unsur pemerintah, masyarakat, dan lembaga terkait dalam menghadapi potensi terjadinya bencana di musim penghujan.
“Apel siaga ini bukan sekadar seremonial, tetapi merupakan wujud nyata kesiapsiagaan kita bersama. Diharapkan seluruh komponen dapat berkolaborasi agar penanggulangan bencana di Kota Batu berjalan efektif, efisien, dan terpadu,” ujar Nurochman.
Adapun lima arahan tersebut, memperkuat sinergitas pentahelix dalam menyiapkan sumber daya siaga bencana, membangun kesadaran dan kapasitas masyarakat melalui sosialisasi, pelatihan, dan simulasi.
Kemudian, menyatukan persepsi dan perencanaan pengurangan risiko bencana lintas sektor, memperluas komunikasi hingga tingkat desa dan kelurahan untuk penyebaran informasi kesiapsiagaan. Serta mengaktifkan posko siaga dan sistem peringatan dini di wilayah rawan bencana.
"Kami juga menegaskan pentingnya sinergi lintas sektor dalam menghadapi ancaman bencana yang meningkat seiring datangnya musim hujan," tambah Nurochman.
Lebih lanjut, pria yang akrab disapa Cak Nur itu menguraikan, sejumlah langkah mitigasi juga telah dilakukan Pemkot Batu. Pemetaan daerah rawan bencana, revitalisasi saluran air dengan box culvert di jalan utama, serta susur sungai di 94 titik di wilayah Sungai Sumberbrantas, Pusung Lading, Glagah Wangi, dan Krecek.
"Selain itu, pelatihan relawan kebencanaan, satuan pendidikan aman bencana, serta simulasi tanggap darurat berbasis data terus digencarkan untuk memperkuat sistem peringatan dini," jelasnya.
Dengan meningkatnya curah hujan dan potensi bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, dan angin kencang, Cak Nur mengajak seluruh masyarakat untuk tetap waspada dan menjaga lingkungan agar Kota Batu tetap aman dan tangguh menghadapi bencana.
“Penanganan bencana tidak boleh lagi bersifat reaktif, tetapi harus berubah menjadi preventif. Kesiapsiagaan dan kesadaran diri adalah kunci agar kita mampu meminimalkan dampak dan korban bila bencana datang,” urainya.
Setelah pelaksanaan apel, kegiatan dilanjutkan dengan simulasi tanggap bencana yang melibatkan berbagai unsur peserta apel. Simulasi ini bertujuan untuk melatih kesiapan personel dan memperkuat koordinasi lintas sektor dalam menghadapi situasi darurat bencana di lapangan.(*)
