KETIK, JAKARTA – UNICEF mendesak perlindungan terhadap bantuan kemanusiaan di Gaza setelah pencurian makanan terapi yang sangat dibutuhkan. Peristiwa ini terjadi di tengah meluasnya kelaparan dan meningkatnya operasi militer di wilayah tersebut.
Pencurian ini terjadi sehari sebelumnya ketika "individu bersenjata" merampok empat truk UNICEF yang membawa Ready-to-Use Therapeutic Food (RUTF) di luar kompleksnya di Kota Gaza. Insiden ini diperkirakan memengaruhi hampir 3.000 anak.
"Para pelaku membajak pengemudi dengan todongan senjata dan mengalihkan pasokan RUTF sebelum melepaskan pengemudi dan truk," kata UNICEF, mengutip dari laman resmi PBB, Senin, 22 September 2025.
"Pencurian ini telah merampas pasokan vital bagi setidaknya 2.700 anak yang menderita malnutrisi akut, di saat kelaparan telah dinyatakan di Gaza utara dan operasi militer menyebabkan lebih banyak pengungsian," lanjutnya.
UNICEF mendesak semua pihak di Gaza untuk menghormati dan melindungi bantuan kemanusiaan serta menjunjung tinggi hukum humaniter internasional.
"Anak-anak menanggung beban terberat," lanjut pernyataan tersebut.
"Gencatan senjata yang berkelanjutan sangat penting untuk menciptakan lingkungan di mana bantuan dapat menjangkau mereka yang paling membutuhkan dengan aman, cepat, dan efektif," imbuhnya.
Juru Bicara PBB, Stéphane Dujarric, menyatakan bahwa penjarahan menjadi hambatan utama bagi pengiriman bantuan di Jalur Gaza. Ia menyebutkan, UNICEF terpaksa membatalkan misi pengambilan pasokan di perbatasan Kerem Shalom selama tiga hari berturut-turut karena "risiko penjarahan yang tinggi" di rute yang telah disetujui oleh otoritas Israel.
Sementara itu, Dujarric melaporkan bahwa serangan di Kota Gaza yang semakin intensif menyebabkan gelombang pengungsi besar-besaran menuju selatan.
"Banyak orang tiba di malam hari, berjalan kaki berjam-jam tanpa makanan, air, dan tempat berlindung," ujarnya. "Jalan pesisir Al Rashid tetap sangat padat oleh kendaraan, gerobak, dan pejalan kaki yang menuju ke selatan di tengah eskalasi serangan."
Ia juga menambahkan bahwa meskipun Israel mengizinkan penggunaan Jalan Salah Ad Din, para mitra kemanusiaan melaporkan jalan tersebut tidak dapat dilalui karena butuh perbaikan. Pada Jumat, otoritas Israel mengumumkan bahwa jendela waktu 48 jam untuk penggunaan jalan tersebut telah ditutup, menjadikan Al Rashid sebagai satu-satunya rute yang tersedia bagi warga sipil. (*)