Tim SAR Turunkan 5 Crane Angkat Reruntuhan Ponpes Al Khoziny Sidoarjo

2 Oktober 2025 15:34 2 Okt 2025 15:34

Thumbnail Tim SAR Turunkan 5 Crane Angkat Reruntuhan Ponpes Al Khoziny Sidoarjo
Sejumlah alat berat mulai melakukan pengangkatan puing-puing bangunan yang roboh di Ponpes Al Khoziny, Kamis, 2 Oktober 2025. (Foto: Khaesar/Ketik tangkapan layar siaran langsung)

KETIK, SIDOARJO – Tim SAR Gabungan mulai mengerahkan alat berat untuk mengevakuasi reruntuhan gedung tiga lantai Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Buduran, Sidoarjo, pada Kamis 2 Oktober 2025. Sebanyak lima unit crane dan 30 truk pengangkut material didatangkan ke lokasi untuk mempercepat pencarian korban yang masih tertimbun.

Kepala Subdirektorat Pengerahan dan Pengendalian Operasi (Kasubdit RPDO) Basarnas, Emi Freezer, mengatakan pengerahan alat berat merupakan langkah penting setelah upaya manual dinilai kurang efektif untuk mengangkat material.

“Ada lima crane, kemudian 30 dump truck, lalu juga 30 unit ambulans transportasi, serta alat penerangan jika sewaktu-waktu dibutuhkan dalam proses pencarian,” kata Emi di sela-sela operasi evakuasi.

Meski alat berat telah dikerahkan, Emi menegaskan bahwa proses evakuasi dan recovery korban tidak akan dilakukan selama 24 jam penuh.

​Palang Merah Indonesia (PMI) dan unsur gabungan lainnya akan memaksimalkan pencarian hanya pada siang hari. Keputusan ini diambil dengan mempertimbangkan faktor keselamatan petugas dan kondisi pencahayaan di lapangan.

“Perencanaannya tidak sampai malam. Kecuali bila ada dinamika di lapangan yang mendesak, maka akan dikonsultasikan lebih lanjut. Pertimbangan utamanya tetap keselamatan,” ujarnya menambahkan.

Terkait antisipasi korban, Emi mengungkapkan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah menurunkan sekitar 300 body bag (kantong jenazah). Jumlah ini disiapkan untuk mengantisipasi kondisi terburuk dan prosedur identifikasi forensik.

Menurut dia, dalam peristiwa besar, kerap ditemukan bagian tubuh korban yang terpisah akibat himpitan bangunan.

"Dalam konsep Disaster Victim Identification (DVI), bagian tubuh yang terpisah tidak boleh disatukan begitu saja dengan tubuh lain. Karena itu harus dipisahkan, direping (dibungkus) secara jelas, baru kemudian bisa diklasifikasikan untuk memudahkan identifikasi," jelasnya.

Ia mencontohkan, cairan tubuh yang terkontaminasi dapat membuat hasil identifikasi menjadi samar. Oleh sebab itu, setiap bagian tubuh harus diperlakukan sesuai prosedur forensik untuk menghindari kesalahan pencocokan data.

Sementara itu, Emi menjelaskan mekanisme penggunaan crane dilakukan secara hati-hati. Petugas akan menurunkan sling (tali baja) pada bagian material yang akan diangkat, kemudian memotong atau menahan komponen bangunan yang masih saling terhubung, sebelum secara perlahan dipindahkan ke dump truck.

“Kalau masih ada besi atau balok yang terkoneksi, maka harus ditahan dulu dengan sling, baru dipotong, lalu diangkat. Setelah itu dilakukan rapid assessment sebelum berlanjut ke tahap berikutnya,” ujar Emi.

Keputusan penggunaan alat berat telah melalui tiga kali proses scanning dan mendapatkan persetujuan dari perwakilan keluarga korban serta pengelola pondok pesantren.

“Mereka bahkan menganjurkan segera dilakukan, karena ada tujuh jenazah yang posisinya terekspos namun terhimpit beban. Ini tidak bisa ditangani tanpa mengangkat material di atasnya,” kata Emi.

Hingga hari keempat pascaperistiwa, proses evakuasi masih berlangsung dengan melibatkan Basarnas, TNI, Polri, BPBD, PMI, relawan, dan sejumlah elemen masyarakat. (*)

Tombol Google News

Tags:

Ponpes Al Khoziny ambruk gedung ponpes Pondok pesantren Pengangkatan alat berat kejadian di Sidoarjo sidoarjo