KETIK, MALANG – Tiga tahun pasca-Tragedi Kanjuruhan yang menewaskan 135 orang, keluarga korban masih berjuang memulihkan trauma akibat kehilangan anggota keluarga. Bagi Nuri Hidayat, keluarga dari almarhum Jovan Revallino, proses pemulihan psikologis dilakukan dengan memperkuat ikatan keluarga dan ritual keagamaan.
"Untuk memulihkan psikologis, kami sekeluarga setiap hari, terutama Sabtu Kliwon, selalu berdoa bersama di Gate 13," ujar Nuri Hidayat, ditemui di Stadion Kanjuruhan pada Rabu malam, 1 Oktober 2025.
Menurutnya, memperbanyak doa dan saling menguatkan menjadi modal utama untuk memulihkan diri, di samping terus mendukung keluarga korban lain yang berjuang mendapatkan keadilan.
"Dari segi keadilan kita terus berjuang, dan dari segi keagamaan terus mendoakan korban anak-anak kita. Intinya, semua tetap saling mendukung untuk berjuang meraih keadilan," ucapnya.
Nuri masih berharap aparat hukum membuka kembali kasus Tragedi Kanjuruhan dan menghukum pihak-pihak yang terlibat. Ia secara spesifik menyoroti lolosnya satu tersangka, yakni Akhmad Hadian Lukita, eks Direktur Utama PT Liga Indonesia Baru (LIB) selaku operator kompetisi.
"Dalam proses ini yang diadili kan cuma supervisornya. Pelaksana lapangan tidak disentuh sama sekali. Sama, atasnya supervisor itu juga tidak tersentuh (hukum) sama sekali," kritik Nuri.
Terpisah, Manajemen Arema FC melalui Muhammad Yusrinal Fitriandi mengungkapkan bahwa peringatan tahun ketiga ini tidaklah cukup, namun tragedi tersebut harus menjadi titik balik dan pengingat untuk membangun masa depan sepak bola yang lebih manusiawi.
"Kami sadar, tidak ada yang bisa menggantikan kehilangan yang ada. Namun, komitmen kami adalah untuk terus membersamai keluarga korban, berjalan beriringan, mendengarkan, dan berupaya sekuat tenaga meringankan beban yang dipikul," ujar Yusrinal Fitriandi. (*)