KETIK, SURABAYA – Pernahkah kau merasa hatimu hampa dan kosong usai menonton konser?
Perasaan yang semula penuh semangat dan kegembiraan mendadak berubah menjadi sedih dan kehilangan.
Momen yang begitu dinantikan seolah berlalu terlalu cepat, meninggalkan kenangan yang sulit dilupakan.
Kondisi ini dikenal dengan Post Concert Depression (PCD), perasaan sedih, hampa, atau depresi yang dialami seseorang beberapa hari atau sesaat setelah menonton konser musik yang telah lama dinantikan.
Gejalanya bisa berupa stres, cemas, dan hilangnya semangat untuk kembali menjalani rutinitas sehari-hari.
Meskipun World Health Organization (WHO) belum menetapkan PCD sebagai gangguan mental, kondisi ini tetap memerlukan perhatian dan penyikapan yang tepat.
Lalu, mengapa hal ini bisa terjadi?
Dilansir dari Alodokter, menonton konser memicu produksi hormon “bahagia” seperti dopamin, serotonin, dan endorfin.
Setelah konser berakhir, kadar hormon tersebut menurun drastis, sehingga menimbulkan penurunan suasana hati (low mood).
Selain itu, muncul pula keinginan untuk terus merasakan euforia konser, namun keinginan ini bertentangan dengan kenyataan bahwa acara sudah selesai.
Setiap orang dapat mengalami gejala yang berbeda, namun umumnya meliputi:
- Perasaan sedih saat konser berakhir
 - Takut atau cemas saat kembali ke rutinitas sehari-hari
 - Hilang fokus dan sulit berkonsentrasi
 - Sering melamun dan suasana hati yang mudah berubah
 - Merasa “terjebak” dalam suasana konser yang telah usai
 
Meski bersifat sementara, terdapat beberapa cara untuk mengatasi PCD, antara lain:
- Berkomunikasi dengan sesama penggemar dan berbagi cerita mengenai pengalaman konser
 - Melakukan kegiatan menyenangkan lain sebagai bentuk me time
 - Mengabadikan kenangan konser di media sosial atau mencetak foto-foto favorit
 - Memberi tubuh waktu untuk beristirahat setelah kelelahan fisik dan emosional selama konser
 
PCD umumnya akan membaik dengan sendirinya.
Namun, jika perasaan sedih atau gejala depresi terus berlanjut dan mulai mengganggu aktivitas harian, sebaiknya segera konsultasikan diri ke dokter atau psikiater.
