KETIK, BATU – Pedagang di kawasan Wisata Payung Songgoriti, Kota Batu, masih setia menanti kembalinya keramaian wisatawan. Dari tahun ke tahun, jumlah pengunjung terus menurun, membuat aktivitas jual beli kian lesu.
Hal itu dirasakan betul oleh Yuliani, istri Pak Mat, pedagang yang sudah membuka lapak sejak 1985. Meski sepi, pasangan asal Coban Rondo itu tetap datang sejak pagi hingga malam, berharap ada pembeli yang singgah.
Pada hari-hari biasa, Yuliani dan Pak Mat hanya melayani 1–2 pengunjung. Jika sedang mujur, mereka bisa mendapat pemasukan hingga Rp100.000. Namun, tak jarang mereka pulang hanya dengan membawa Rp50.000 per hari.
"Jualannya gak mesti. Kadang jam 09.00 sudah di sini. Sepi sekarang kalau pagi, gak ada yang beli. Sekarang gak ada ramainya, paling sehari cuma 1-2 orang. Kalau ramai ya paling malam minggu," ujarnya, Kamis, 4 Desember 2025.
Pedagang di Wisata Payung Songgoriti, Kota Batu, yang setia menunggu wisatawan ramai lagi. (Foto: Lutfia/Ketik.com)
Pak Mat sebenarnya punya tiga warung di area Wisata Payung 2. Namun, dari semuanya, hanya satu yang masih berjalan normal.
Meski begitu, di tengah sepinya pengunjung, Pak Mat dan Yuliani tetap rajin merawat dan merapikan ketiga warung itu. Saat tim Ketik.com datang, Pak Mat bahkan tampak sibuk menyapu salah satu warung yang tak didatangi satu pun pembeli.
"Biasanya orang masih datang ke sini untuk istirahat, ngopi, makan. Paling ramai pas liburan, ada orang. Kalau berangkatnya siang itu rasanya sayang karena takutnya ada yang datang buat beli," ungkapnya.
Yuliani menceritakan, dulu warung-warung yang berada di kawasan Wisata Payung selalu dipenuhi oleh pembeli. Mayoritas pembeli yang datang merupakan tamu-tamu yang menginap di vila Songgoriti.
Para pedagang mungkin tidak lagi merasakan hiruk pikuk seperti masa kejayaan Songgoriti, tetapi tekad untuk bertahan selalu mereka tunjukkan.
"Dulu di sini atapnya masih pakai terpal lalu dikasih bambu. Ramai pembeli yang datang, bahkan ada yang bisa biayain anaknya sekolah sampai S3. Kalau sekarang harus nunggu sampai malam buat dapat pembeli," ucapnya.
Yuliati mengaku tak memiliki pilihan lain selain bertahan berjualan di sana. Ia hanya berharap wisata Songgoriti kembali ramai dan pedagang kembali merasakan rezeki yang layak.
"Cuma ini yang diharapkan karena mau kerja apa lagi, makanya ditelateni. Dapat sedikit ya diterima, dapat banyak ya alhamdulillah. Mau ternak sapi ya gak bisa karena sudah tua. Sekarang mau cari pegawai buat bantu jualan juga gak bisa bayarnya," tutupnya.
