Sejarah Kota Batu: Berawal dari Tempat Healing Raja Mataram Kuno Abad Ke-10 hingga Jadi 'Swiss Kecil' di Jawa

4 Desember 2025 10:55 4 Des 2025 10:55

Thumbnail Sejarah Kota Batu: Berawal dari Tempat Healing Raja Mataram Kuno Abad Ke-10 hingga Jadi 'Swiss Kecil' di Jawa
Gapura menuju kawasan Wisata Payung Kota Batu. (Foto: Sholeh/Ketik.com)

KETIK, BATU – Siapa sih yang nggak kenal sama Kota Batu? Dijuluki sebagai 'De Kleine Zwitserland' atau 'Swiss Kecil di Pulau Jawa' oleh Belanda, kota dingin ini menyimpan segudang sejarah menarik, jauh sebelum jadi kota otonom yang hits.

Yuk, kita bedah tuntas sejarah awal berdirinya Kota Batu, mulai dari era kerajaan hingga resmi jadi daerah otonom.

Kota Peristirahatan Raja Sejak Abad Ke-10

Jauh sebelum hiruk pikuk wisata modern, wilayah Batu dan sekitarnya sudah dikenal sebagai tempat peristirahatan sejak abad ke-10, tepatnya di masa Kerajaan Medang atau Mataram Kuno (di Jawa Timur).

Konon, Raja Mpu Sindok (yang memindahkan pusat kerajaan dari Jawa Tengah ke Jawa Timur) memerintahkan pengikut setianya, Mpu Supo, untuk mencari lokasi peristirahatan yang sejuk bagi keluarga kerajaan.

Pencarian Mpu Supo akhirnya mengarah ke lokasi yang kini dikenal sebagai kawasan wisata Songgoriti. Di sana, Mpu Supo membangun sebuah tempat peristirahatan dan juga Candi Songgoriti.

Ketinggian wilayah yang mencapai 700 hingga 1.700 meter di atas permukaan laut (Mdpl) menjadikan udara di Batu sangat dingin dan sejuk, cocok untuk melepas penat para bangsawan.

Asal Usul Nama "Batu": Antara Tokoh dan Kearifan Lokal

Lalu, dari mana sih nama "Batu" itu berasal? Ada beberapa versi yang beredar di masyarakat:

Versi Mbah Wastu

Versi yang paling kuat menyebutkan nama "Batu" berasal dari nama seorang ulama pengikut Pangeran Diponegoro yang bernama Abu Ghonaim. Ia dikenal masyarakat setempat sebagai Kyai Gubug Angin atau akrab disapa Mbah Wastu.

Sesuai kebiasaan masyarakat Jawa, nama Mbah Wastu lantas disingkat menjadi Mbah Tu, dan lambat laun diucapkan menjadi "Mbatu" atau "Batu".

Mbah Wastu bersama tokoh lokal lainnya, seperti Mbah Macan Kopek di Sisir dan Eyang Jugo di Junggo, diyakini berperan penting dalam penyebaran Islam sekitar tahun 1830-an.

Versi Mbah Tuwo

Ada juga versi yang menyebut bahwa Mbah Wastu adalah nama lain dari Dewi Condro Asmoro, yang dikenal sebagai Mbah Tu atau Mbah Tuwo, istri dari Pangeran Rohjoyo, keturunan Kerajaan Majapahit.

Meskipun belum ada dokumen resmi yang benar-benar memastikan, kisah-kisah ini menjadi warisan sejarah dan budaya yang memperkaya khazanah Kota Batu.

Era Modern: Dari Bagian Malang Hingga Kota Otonom

Secara administrasi, perkembangan Kota Batu melalui tahapan yang jelas dan terstruktur:

Awalnya, wilayah Batu merupakan bagian dari Kabupaten Malang. Selanjutnya, pada 6 Maret 1993, Batu ditetapkan sebagai Kota Administratif (Kotatif). Status ini adalah langkah awal menuju kemandirian.

Setelah melalui proses yang memakan waktu hampir enam tahun (dimulai sejak tahun 1995) dan didukung oleh faktor geografis, ekonomi, sosial budaya, sosial politik, serta keamanan, akhirnya Batu resmi ditetapkan sebagai Kota Otonom yang terpisah dari Kabupaten Malang pada 17 Oktober 2001. Hal itu berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2001.

Inilah momen penting yang menandai berdirinya Pemerintah Kota Batu yang mandiri, dengan wilayah yang saat ini meliputi 3 kecamatan, yakni Batu, Bumiaji, dan Junrejo.

Tombol Google News

Tags:

Gerebek Batu Sejarah Kota Batu De Kleine Zwitserland Swiss Kecil di Pulau Jawa Mpu Sindok Mpu Supo Mbah Wastu