KETIK, MALANG – Tiga guru besar baru resmi dikukuhkan oleh Universitas Islam Malang (Unisma). Pengukuhan itu dilakukan pada sidang terbuka Senat Universitas Islam Malang, pada Selasa, 7 Oktober 2025.
Ketiga dosen yang dikukuhkan sebagai profesor itu adalah Dwi Fita Heriyawati, Husain Latuconsina dan Novi Arfarita.
Prof. Dwi Fita Heriyawati pad orasi ilmiahnya memfokuskan pada penggunaan teknologi Artificial Intellegence (AI) atau kecerdasan buatan pada proses pembelajaran. Guru besar pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unisma itu memanfaatkan pengembangan teknologi untuk proses belajar mengajar khususnya Bahasa Inggris, berjudul 'Membangun literasi akademik dan berpikir kritis melalui media digital interaktif dan chat gpt di era digital pada pendidikan tinggi Indonesia'.
"Ketertarikan saya pada penggunaan kecerdasan buatan dalam pembelajaran Bahasa Inggris, berawal dari kesadaran bahwa pendidikan sedang berada pada titik balik sejarah perkembangan teknologi digital yang begitu pesat di masyarakat," kata Fita Heriyawati, dalam orasi ilmiahnya, Selasa 7 Oktober 2025.
Pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan inilah yang juga ia mencoba manfaatkan dalam efektivitas penggunaan Chat GPT. Menurutnya, Chat GPT mampu mengubah penulisan akademik dan cara pandang mahasiswa mendapatkan informasi.
"Bahkan juga mengubah cara kita sebagai pendidik dalam memberikan bimbingan penelitian yang saya lakukan. Kecerdasan buatan bukan hanya sekedar alat bantu, tapi juga merupakan faktor yang membentuk kembali pola belajar mahasiswa menghadirkan peluang baru dalam ranah projectice learning integrasi," ucapnya.
Khususnya dalam hal pengintegrasian media digital interaktif yang berbasiskan kelas Bahasa Inggris, supaya memudahkan mahasiswa mengeksplorasi teks lebih luas.
Sementara itu, Prof. Husain Latuconsina yang dikukuhkan sebagai Guru Besar Fakultas MIPA menyoroti konservasi biodiversitas iktiofauna di ekosistem padang lamun, termasuk potensi, ancaman, dan tantangan pengelolaannya di Indonesia. Menurutnya, iktiofauna adalah ikan yang hidup di suatu habitat termasuk habitat padang lamun, sehingga penentuan penentu keragaman dan kelimpahan di ekosistem padang lamun itu.
"Berdasarkan hasil penelitian kami selama ini yang pertama adalah kualitas dan kompleksitas habitat keragaman vegetasi lamun, yang menyusun ekosistem padang lamun dan kedekatannya dengan ekosistem lainnya seperti ekosistem terumbu karang dan," ucapnya.
Selama ini kata Husain, tidak banyak yang mengetahui padang lamun punya peran yang luar biasa strategis, dalam mendukung kehidupan biota laut termasuk iktiofauna yang selama ini menjadi kajian riset.
"Karakteristik dan habitat ekosistem padang lamun di Indonesia, Indonesia memiliki keragaman vegetasi lamun di dunia sebanyak 15 persen, dan Padang lamun berada di kawasan perairan laut dangkal," ungkap dia.
Sementara Prof. Novi Arfarita, Guru Besar Fakultas Pertanian mengungkapkan persoalan dari sisi pengelolaan sistem pertanian di Indonesia. Hal ini tentu mempengaruhi dampak ekonomi yang dirasakan petani. Pengaruhnya dari sisi perubahan iklim hingga dorongan industrialisasi menjadi tantangan besarnya.
"Tantangan dan kendala di bidang pertanian itu sejatinya banyak sekali tekanan ekonomi global perubahan iklim, industrialisasi kebijakan, dan regulasi harga komoditas pertanian, yang kurang bersaing produk pangan berkualitas masih rendah sosial ekonomi, dan kesejahteraan petani," ujar Novi Arfarita.
Ia pun memfokuskan diri pada penelitian permasalahan pertanian pada intensifikasi dan ekstensifikasi di bidang pertanian. Dimana pada permasalahan utama intensifikasi mengakibatkan pada degradasi tanah, pencemaran sumber daya alam yang semakin menipis yang hilang, dan juga emisi gas rumah kaca. (*)