KETIK, MALANG – Tri Wulida Afrianty dikukuh sebagai guru besar (Gubes) Universitas Brawijaya (UB). Tri Wulida resmi menyandang gelar profesor usai penelitiannya berbasiskan transformasi teknologi dalam suatu organisasi berjudul "Model Trilayer OB+: Menuju Organisasi Tangguh, Berkelanjutan, dan Human-Centric di Era Industri 5.0".
Prof. Tri Wulida Afrianty dikukuhkan sebagai Profesor aktif ke 17 di Fakultas Ilmu Administrasi, Selasa, 14 Oktober 2025. Selain itu, ia merupakan profesor aktif ke 256 di Universitas Brawijaya (UB) serta menjadi profesor ke 442 dari seluruh profesor yang telah dihasilkan oleh UB.
Menurut Tri Wulida, tuntutan industri pada 5.0 memang tengah mengubah sistem kerja dan transformasi kerja manusia. Dimana saat ini teknologi sebagai mitra strategisnya. Makanya ia mengulas model perilaku organisasi dengan Model Trilayer OB+.
“Trilayer OB+ ini sebagai jembatan terhadap respon tuntutan-tuntutan industri 5.0 yang pertama transformasi harus menempatkan manusia sebagai pusat dan teknologi sebagi mitra strategisnya,” ujar Tri Wulida Afrianty, saat pemaparan orasi ilmiahnya, Selasa 14 Oktober 2025.
Model ini berangkat dari tuntutan transformasi berbasis teknologi. Namun ternyata ada ketimpangan di lapangan yakni ada kelelahan digital (digital fatigue) yang dialami karyawan terutama generasi Z.
“Mereka memiliki aspirasi tidak hanya mementingkan digitalisasi tapi juga lingkungan kerja yang fleksibel, kesejahteraan yang bukan hanya ekonomi tapi juga employee well being,” ujar guru besar bidang Ilmu Perilaku Keorganisasian.
Sebagai respons terhadap prinsip industri 5.0, yang berpusat pada manusia (human - centrik), tangguh (resilient), dan berkelanjutan (sustainable). Model ini mengintegrasikan tiga level perilaku keorganisasian, yaitu individu, kelompok, dan organisasi, dalam kerangka sistem terbuka (open system) terhadap dinamika eksternal.
“Transformasi organisasi tidak cukup hanya berbasis teknologi. Diperlukan perilaku keorganisasian yang menempatkan manusia sebagai pusat inovasi. Model ini relevan sebagai panduan dalam pengembangan SDM, pengambilan keputusan, hingga transformasi digital organisasi," ujarnya.
Melalui model ini, organisasi diharapkan mampu menciptakan tiga pilar penting, yakni kesejahteraan karyawan (employee wellbeing), ketangguhan organisasi (resilience), serta keberlanjutan (sustainability) jangka panjang.
Bukan hanya untuk pengembangan keilmuan, ia memiliki harapan bagi UB bisa mengambil peran di era perkembangan industri 5.0.
“Universitas bisa menciptakan generasi muda yang memiliki ketangguhan karena kita berada di lingkungan yang terus berubah, memiliki growth mindset, jadi tidak lelah untuk belajart,” pungkasnya.(*)