Omzet Turun Nyaris Separo, Pedagang Kantin Sekolah di Pacitan Mengeluh Sejak Ada MBG

15 September 2025 16:29 15 Sep 2025 16:29

Thumbnail Omzet Turun Nyaris Separo, Pedagang Kantin Sekolah di Pacitan Mengeluh Sejak Ada MBG
Anik Tri, pedagang kantin MAN Pacitan, menunjukkan dagangannya yang kian tak dilirik oleh peserta didik. Sejak adanya Program Makan Bergizi Gratis (MBG), omzet penjualan di kantinnya turun hingga 40 persen, Senin, 15 September 20245. (Foto: Al Ahmadi/Ketik)

KETIK, PACITAN – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) resmi bergulir di Kabupaten Pacitan sejak awal 2025.

Berdasarkan data per September 2025, tercatat ada 19.396 penerima manfaat, mulai dari balita, anak-anak, ibu hamil, hingga ibu menyusui.

Meski dinilai meringankan beban wali murid serta kelompok penerima lain, keberadaan program ini ternyata membawa dampak lain.

Sejumlah pedagang kantin sekolah di Pacitan mengeluhkan penurunan omzet sejak program dijalankan.

Salah satunya dialami Anik Tri (43), pedagang kantin di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Pacitan. Ia mengaku pendapatan hariannya anjlok hingga 40 persen.

“Turun banget. Sekarang milih dagangannya harus lebih hati-hati,” ujar Anik di lapaknya kepada Ketik.com, Senin 15 September 2025.

Sebelum ada program MBG, Anik bisa meraup omzet hingga Rp900 ribu per hari. Kini, penghasilannya hanya sekitar Rp300 ribu hingga Rp400 ribu.

“Biasanya kita jual nasi bungkus banyak, sekarang nggak berani. Takut tidak laku,” imbuhnya.

Sebagai orang tua, Anik merasa terbantu karena anaknya mendapat makanan gratis di sekolah. 

Namun, di sisi lain ia harus menerima kenyataan omzet dagangannya menurun drastis.

Ia berharap pemerintah memberi ruang bagi pedagang kantin agar bisa ikut dilibatkan dalam penyediaan makanan pendamping program MBG.

“Kalau bisa kantin sekolah dilibatkan, misalnya untuk makanan kecilnya. Kan hasil jualan ini buat kehidupan sehari-hari,” harapnya.

Foto Konsumsi tampak membeli jajanan di kantin sekolah. Pedagang berharap tetap bisa mendapat ruang usaha meski Program MBG sudah berjalan. (Foto: Al Ahmadi/Ketik)Konsumen tampak membeli jajanan di kantin sekolah. Pedagang berharap tetap bisa mendapat ruang usaha meski Program MBG sudah berjalan. (Foto: Al Ahmadi/Ketik)

Keluhan senada disampaikan Sulis (nama samaran), pedagang kantin di salah satu sekolah lain.

Ia biasanya menjual aneka camilan sejak pagi hingga sore, namun kini penghasilannya merosot tajam.

“Biasanya bisa dapat Rp200 ribu, paling kecil Rp80 ribu. Tapi kemarin cuma Rp40 ribu. Buat modal aja kurang,” keluhnya.

Karena minim pemasukan, Sulis bahkan sempat berhenti berjualan beberapa hari. Sementara itu, beban sewa kantin membuat keuntungan yang dibawa pulang semakin tipis.

“Kantinnya nyewa, sehari Rp35 ribu. Kalau sehari cuma dapat pendapatan bersih Rp50 ribu, ya habis,” tambahnya.

Ia pun berharap pemerintah dan sekolah mempertimbangkan kembali kebijakan tarif sewa kantin agar lebih sesuai dengan kondisi para pedagang.

Cabdin Pacitan Angkat Bicara

Menanggapi keluhan tersebut, Kepala Cabang Dinas Pendidikan (Cabdin) Wilayah Pacitan, Indiyah Nurhayati, menyatakan ada dua opsi yang bisa dilakukan.

Yakni, pedagang beradaptasi dengan memodifikasi menu jajanan, atau pihak sekolah menyesuaikan tarif sewa.

“Ya anak SMA itu kan makannya banyak. Jadi mungkin makanan bisa dimodifikasi, misalnya nasi dibuat olahan lain. Tapi intinya nanti akan saya koordinasikan dengan kepala sekolah. Kalau pendapatan menurun, ya sewa bisa diturunkan. Itu kan fleksibel sesuai kesepakatan,” jelas Indiyah.

Menurutnya, penyewa kantin rata-rata berasal dari pihak internal sekolah. Karenanya, keputusan mengenai tarif sewa bisa saja dievaluasi.

“Nanti akan ada pertemuan MKKS (Musyawarah Kerja Kepala Sekolah), dan persoalan ini akan saya sampaikan di forum itu. Tarif kantin itu kesepakatan di sekolah, dan sekolah yang paling tahu kemampuan penyewa. Jadi nanti akan coba didiskusikan,” pungkasnya.(*)

Tombol Google News

Tags:

pacitan Pedagang Kantin program MBG Makan bergizi gratis Omzet Menurun sekolah Pendidikan ekonomi lokal Usaha Kecil Cabdin Pacitan