Mengenal Treelogy, Startup Bali yang Bawa Daun Kelor ke Pasar Premium

28 Oktober 2025 19:47 28 Okt 2025 19:47

Thumbnail Mengenal Treelogy, Startup Bali yang Bawa Daun Kelor ke Pasar Premium
Founder dan CEO Treelogy Sacha Aguila. (Foto:Dok pribadi)

KETIK, BANDUNG – Pernah mendengar nama Treelogy? Startup Bali ini sukses membawa daun kelor atau moringa ke panggung internasional dengan visi sederhana tapi kuat, mengembalikan kesehatan manusia dan planet lewat nutrisi alami berbasis sains.

Didirikan oleh Sacha Aguila saat disrupsi global Covid-19, Treelogy lahir dari pertanyaan mendalam tentang bagaimana sistem kesehatan modern dan kebiasaan konsumen bisa terhubung kembali dengan kebijaksanaan alam.

Filosofi pendirian startup Bali ini untuk memulihkan kesehatan sehari-hari, manusia dan bumi melalui nutrisi berbasis moringa dan pertanian regeneratif.

Jika kebanyakan produsen moringa fokus pada output skala besar dengan harga murah, Treelogy mengambil jalan yang berbeda, berpusat pada kualitas, etika, dan regenerasi.

Brand ini mengusung filosofi Bali Tri Hita Karana yang menekankan harmoni antara manusia, alam, dan spiritualitas. Prinsip ini bukan sekadar simbolis, tetapi secara aktif tertanam dalam operasional Treelogy, dari sistem pertanian hingga praktik ketenagakerjaan.

Setiap daun moringa dipisahkan dengan hati-hati secara manual oleh perempuan lokal dengan kecepatan hanya 65 gram daun segar per jam. Proses yang memakan waktu ini memastikan bubuk bebas batang dan padat nutrisi, standar kualitas yang jarang dicapai dalam produksi massal.

Daun didehidrasi pada suhu terkontrol 38°C untuk menjaga fitonutrien, lalu diproses di fasilitas milik Treelogy sendiri yang berlisensi BPOM, tersertifikasi ISO, GMP, dan HACCP di Bali Timur.

Pendekatan Treelogy jauh melampaui sekadar keberlanjutan. Filosofi regeneratifnya dibangun di atas tiga pilar konkret: 

People Care: Membayar upah 36,9% di atas upah minimum regional, sekaligus mengembalikan nilai pertanian sebagai profesi terhormat di Indonesia.

Earth Care: Memperkaya tanah melalui kompos, pemanenan air hujan, dan pembatasan pemadatan tanah, metode yang memperkuat ketahanan terhadap perubahan iklim.

Future Care: Mengoperasikan inkubator regeneratif yang membagikan teknik dan data kepada petani Indonesia, alih-alih memonopoli nya.

Filosofi ini sangat beresonansi dengan konsumen muda. Studi menunjukkan bahwa lebih dari 70% pembeli Milenial dan Gen Z lebih memilih brand yang menunjukkan autentisitas, keberlanjutan, dan transparansi, nilai-nilai yang diwujudkan Treelogy sejak awal desainnya.

Treelogy memproduksi bubuk dan kapsul moringa organik untuk kesehatan internal, dan telah berekspansi ke sektor kecantikan dengan minyak biji moringa cold-pressed, elixir kaya nutrisi yang mendukung penuaan sehat dan ketahanan kulit.

Ekspansi ini memungkinkan Treelogy memasuki pasar kosmetik organik, salah satu sektor wellness dengan pertumbuhan tercepat secara global. Salah satu pencapaian besarnya adalah di bidang regulasi.

Setelah advokasi berkelanjutan startup Bali ini menjadi brand pertama dan satu-satunya di Indonesia yang diizinkan BPOM meluncurkan kapsul obat tradisional moringa.

Proses persetujuan memakan waktu lebih dari satu tahun dan menciptakan preseden baru, membuka pintu bagi industri obat herbal Indonesia untuk beralih dari ekspor bahan mentah menjadi memproduksi produk jadi bersertifikat secara lokal.

Produk moringa pasar massal biasanya dihargai $0,10–$0,20 per gram, umumnya dari bahan daun campuran yang diproses dengan suhu tinggi.

Produk Treelogy, sebaliknya, dihargai $0,34–$0,43 per gram, cerminan langsung dari investasi nyata dalam pertanian etis, pemisahan manual, dehidrasi suhu rendah, dan integrasi vertikal penuh.

Ini bukan strategi marketing, ini hanya biaya nyata dari kualitas tanpa kompromi. Sama seperti matcha seremonial, kopi spesialti, atau wine premium yang membawa harga tinggi karena autentisitas dan perhatian, Treelogy telah menciptakan tolok ukur global baru untuk kualitas moringa yang terverifikasi.

Startup Bali ini telah memiliki sertifikasi USDA Organic, EU Organic, SNI Organic, Halal, GMP, HACCP, dan ISO, memberikan transparansi di setiap tahap, dari benih hingga kapsul.

Pertumbuhan brand ini menunjukkan bahwa inovasi lokal dapat bersaing secara global sambil tetap setia pada akar budaya dan lingkungan Indonesia

“Treelogy bukan hanya brand moringa, ini adalah gerakan untuk mengembalikan Indonesia sebagai pusat wellness global," ujar Founder dan CEO Treelogy Sacha Aguila kepada wartawan di Bandung, Selasa 28 Oktober 2025.

"Dengan memastikan setiap batch bebas batang, dipanen saat fajar, dan didehidrasi pada suhu 38°C, kami menjaga kepadatan nutrisi jauh di atas norma industri. Visi kami adalah mendefinisikan ulang wellness sebagai sistem regeneratif yang menutrisi tubuh, membangun kembali ekonomi lokal, dan memulihkan harmoni dengan alam," imbuh Sacha.

Melalui inovasi, autentisitas, dan nilai-nilai regeneratif, Treelogy membuktikan bahwa green gold Indonesia dapat mendefinisikan ulang wellness global secara etis, saintifik, dan indah.(*)

Tombol Google News

Tags:

sacha aguila bali treelogy start up