KETIK, MALANG – Memori-memori terkait masa krisis moneter di Indonesia dari masa ke masa masih tersimpan apik di Museum Bank Indonesia. Perpaduan arsip, dokumentasi, hingga benda-benda bersejarah menjadi ingatan kolektif tentang perjalanan bangsa yang bangkit dari masa-masa sulit.
Kepada rombongan wartawan dari Bank Indonesia Wilayah Malang, Tri Kanti Wigati sang Edukator Museum BI menceritakan jatuh bangun kondisi perekonomian di Indonesia. Pada masa pemerintahan Presiden Soekarno, Indonesia mengalami hiperinflasi akibat politik mercusuar.
Selain itu terdapat sebuah ruang yang menunjukkan bukti yang mencekam peristiwa krisis moneter tahun 1997 pada masa pemerintahan Presiden Soeharto. Peristiwa tersebut tak hanya membawa carut marutnya perekonomian di Indonesia namun kerusuhan besar di tahun selanjutnya yang dikenal dengan peristiwa Mei 1998.
"Di ruangan ini kami menyimpan kerangka sepeda motor yang asli, jadi bukan duplikasi, tapi benar-benar benda yang ditemukan pasca kerusuhan akibat krisis moneter di tahun 1998," ucap Kanti kepada rombongan.
Bukan hanya kerangka sepeda motor yang telah hangus terbakar, di ruangan tersebut juga menyimpan sisa-sisa sepatu, topi, tas, dan beragam aksesoris yang menjadi saksi bisu kerusuhan.
"Kami juga membuat peta, tentang titik-titik mana saja yang telah terjadi kerusuhan saat itu," lanjutnya.
Edukator Museum BI ketika menceritakan titik kerusuhan dan bangkitnya Indonesia dalam menghadapi krisis moneter. (Foto: Lutfia/Ketik)
Saat terjadi krisis moneter, BI tak dapat berhenti menerima telefon dari bank-bank yang kehabisan uang. Bahkan banyak uang masyarakat yang tersimpan dalam bank, terancam hilang.
"Orang-orang jadi kebingungan dan BI menjadi sibuk menerima laporan tentang berbagai keadaan di bank. Saat itu pejabat BI terus mengadakan rapat membicarakan situasi di bank-bank dan berusaha menyelesaikan masalah yang timbul," jelas Kanti.
Perlahan tapi pasti, BI bersama pemerintah mencoba bangkit dari krisis. Pemerintah melakukan reformasi BI dan perbankan melalui UU Nomor 23 tahun 1999. Regulasi ini menetapkan BI sebagai bank sentral independen yang bertugas memelihara kestabilan nilai rupiah.
BI kembali menjalankan tugas menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, serta mengatur dan mengawasi bank.
Kembalinya BI menjadi bank independen hingga berhasil membantu pemerintah keluar dari krisis moneter pun berbuah manis. Krisis moneter mengantarkan pemerintah dan BI mencapai sebuah kerangka dasar sistem perbankan Indonesia atau Arsitektur Perbankan Indonesia (API).
"Krisis yang terjadi pada periode sebelumnya mendatangkan hikmah. Status independensi bank sentral merupakan salah satu butir program reformasi dan restrukturisasi ekonomi dan keuangan yang mutlak diperlukan dalam menghadapi krisis," pungkasnya.(*)