KETIK, SURABAYA – Menjelang Hari Raya Natal dan Tahun Baru (Nataru) tren perekonomian Jawa Timur masuk periode yang perlu diwaspadai.
Pertumbuhan ekonomi triwulan III 2025 tercatat 5,22 persen (yoy), sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 5,23 persen. Sementara tekanan inflasi pada sejumlah komoditas mulai muncul.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jawa Timur, Ibrahim mengatakan, ekonomi Jawa Timur saat ini masih tumbuh solid. Kendati demikian ada perlambatan tipis, hal ini tetap menjadi sinyal Kehati-hatian.
"Ekonomi Jawa Timur triwulan III 2025 tumbuh 5,22 persen, meskipun sedikit termoderasi dibanding triwulan sebelumnya," katanya.
Dari sisi inflasi, katanya, Jatim mencatat angka 2,61 persen (yoy) per Oktober 2025 yang masih dalam rentang sasaran nasional 2,5 ± 1 persen.
Kendati demikian, Ibrahim menegaskan bahwa tekanan harga perlu diwaspadai, terutama karena pola inflasi histori menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Nataru menunjukkan risiko yang berulang.
"Komoditas emas perhiasan diprakirakan masih menjadi penyebab utama inflasi di Jawa Timur tahun 2025. Namun tren komoditas pangan sebagai kontributor inflasi saa HBKN Nataru perlu diwaspadai," tuturnya.
BI mencatat, sejak 2019 hingga 2024, inflasi saat Nataru di Jatim dipicu komoditas pangan, seperti telur ayam ras dan minyak goreng, serta komoditas non pangan seperti angkutan udara.
Sebagai bentuk pencegahan lonjakan harga di akhir tahun, Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan Bank Indonesia akan menggelar High Level Meeting (HLM) TPID–TP2DD–TP2ED pada 25 November 2025 di Surabaya.
"Pertemuan ini menjadi forum koordinasi penting untuk memastikan pasokan pangan aman, distribusi terjaga, dan digitalisasi transaksi daerah dipercepat untuk meningkatkan efisiensi ekonomi," tegas Ibrahim. (*)
