KETIK, YOGYAKARTA – Masyarakat Kedelai Indonesia (MKI), lembaga nirlaba yang fokus pada isu perkedelaian nasional, terus melakukan upaya penyelamatan dan pengembangan sektor kedelai Indonesia. Organisasi ini secara proaktif menggagas berbagai inisiatif untuk mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap impor kedelai. Saat ini lebih dari 80% kebutuhan nasional berasal dari luar negeri.
Sebagai konsumen kedelai terbesar kedua di dunia setelah Tiongkok, Indonesia menghadapi defisit perdagangan komoditas yang cukup besar, dengan rata-rata impor mencapai 2 hingga 2,5 juta ton per tahun.
Dipimpin oleh Ir. Muchlizar sebagai Ketua dan Abdul Haris Adnan sebagai Sekretaris, MKI melakukan sejumlah langkah progresif, mulai dari penelitian mendalam hingga kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan. Upaya ini bertujuan mencari terobosan signifikan guna meningkatkan produksi kedelai lokal.
Mengatasi Tantangan Ketergantungan Impor Kedelai Nasional
Data menunjukkan sebagian besar pasokan kedelai dalam negeri terserap untuk produksi tahu dan tempe. Namun, produksi lokal hanya mampu memenuhi kurang dari 20% kebutuhan nasional. Sisanya—lebih dari 80%—dipenuhi dari impor, terutama dari Amerika Serikat yang pada 2020 memasok sekitar 90% kebutuhan Indonesia.
Ketergantungan ini diperparah oleh berbagai tantangan mendasar, di antaranya:
- Produktivitas rendah: hasil panen kedelai di Indonesia masih jauh di bawah negara pengekspor.
- Biaya produksi tinggi: kedelai lokal cenderung lebih mahal sehingga sulit bersaing dengan kedelai impor.
- Kurang menarik bagi petani: produktivitas rendah dan keuntungan kecil membuat petani enggan menanam kedelai.
- Keterbatasan lahan: lahan ideal semakin berkurang akibat alih fungsi.
Inisiatif dan Solusi Komprehensif dari MKI
Untuk mencari solusi berkelanjutan, MKI melakukan kunjungan lapangan ke berbagai daerah sentra kedelai, sekaligus menggelar penelitian secara ekstensif. MKI juga bertemu dengan ahli kedelai UGM, Dr. Atris Suyantohadi, di Yogyakarta.
Abdul Haris Adnan, sekretaris MKI, Ir Muchlizar, ketua MKI didampingi DR. Atris Suyantohadi, dan staf peneliti dan penggiat kedelaindi Yogyakarta. (Foto: Teguh/Ketik.com)
Selain itu, MKI berencana mengembangkan kebun kedelai bersama kelompok tani binaan Dr. Atris di Bantul, Gunungkidul, dan Kulon Progo, yang memiliki komitmen kuat dalam memuliakan kedelai lokal.
Ir. Muchlizar menjelaskan, “Masyarakat Kedelai Indonesia ingin membuat pemetaan dan terobosan secara mandiri untuk mencegah krisis kedelai nasional semakin parah. Kami menggagas banyak hal, termasuk kerja sama formal dalam pengadaan kedelai skala industri. Kami juga menghitung ulang biaya produksi di lapangan dan mengukur harga yang adil bagi petani agar mereka mau menanam kedelai.”
Menurutnya, langkah ini bukan sekadar inisiatif, tetapi juga masukan penting bagi pemerintah agar para pemulia dan petani kembali bergairah sehingga ketergantungan impor dapat ditekan, bahkan menuju kemandirian.
Ahli kedelai UGM, Dr. Atris Suyantohadi, menggambarkan kerasnya tantangan budidaya kedelai. “Menanam kedelai membutuhkan perjuangan yang sangat keras, tidak hanya sekadar narasi. Perlu keberpihakan nyata kepada petani kedelai,” ujarnya.
Sebagai akademisi dan ahli agrobisnis, Dr. Atris tidak hanya membina kelompok tani, tetapi juga mencari solusi hilirisasi agar petani memperoleh harga pantas—misalnya lewat pengembangan produk olahan kedelai yang langsung diserap pasar, meski masih dalam skala kecil.
Senada dengannya, Abdul Haris Adnan, Sekretaris MKI, menegaskan, “Pemerintah seharusnya memperhatikan inisiatif seperti yang dilakukan Dr. Atris, yang berjuang di garda terdepan memastikan ekosistem kedelai Indonesia tidak punah.
MKI melakukan kunjungan lapangan di Gudang penyimpanan bibit kedelai di Bantul Yogyakarta. (Foto: Teguh/Ketik.com)
MKI berkomitmen penuh terus mencari jalan terbaik bagi ketahanan pangan melalui peningkatan produksi kedelai lokal, pengurangan impor, dan peningkatan kesejahteraan petani.”
Tentang Masyarakat Kedelai Indonesia (MKI)
Masyarakat Kedelai Indonesia (MKI) adalah lembaga nirlaba yang fokus pada penyelamatan, advokasi, dan pengembangan sektor kedelai di Indonesia. Anggotanya berasal dari berbagai kalangan, mulai dari penggiat industri kedelai daerah, pengusaha yang berpihak pada komoditas lokal, peneliti pertanian, hingga kelompok tani.
MKI berkomitmen melakukan penelitian, advokasi, dan program peningkatan produktivitas serta kualitas kedelai lokal. Tujuan utamanya adalah mengurangi ketergantungan impor demi ketahanan pangan nasional dan kesejahteraan petani.
