Lawan Framing Negatif terhadap Pesantren

11 November 2025 20:51 11 Nov 2025 20:51

Thumbnail Lawan Framing Negatif terhadap Pesantren
Oleh: Lukman AR*

Menjadi bahan evaluasi bagi stasiun TV yang tidak memberikan edukasi kepada masyarakat awam dengan fakta-fakta terkait pesantren, bahwa yang perlu digaris bawahi pesantren adalah tempat sangat representatif untuk pembentukan pada akhlak, adab dan ilmu di zaman yang sudah mengalami degradasi moral.

Tepat di bulan Oktober, dimana bulan yang spesial bagi kaum sarungan (santri), bulan yang diperingati sebagai Hari Santri Nasional (bulan 22 Oktober), eksistensi pesantren diakui oleh pemerintah. Peringatan HSN ditetapkan oleh Presiden Joko Widodo pada tanggal 22 Oktober 2015 di Masjid Istiqlal Jakarta. 

Penetapan Hari Santri Nasional dimaksudkan untuk meneladani semangat jihad kepada para santri tentang keindonesiaan yang digelorakan para ulama. Tanggal 22 Oktober merujuk pada satu peristiwa bersejarah yakni seruan yang dibacakan oleh Pahlawan Nasional KH Hasyim Asy'ari pada 22 Oktober 1945. 

Seruan ini berisikan perintah kepada umat Islam untuk berperang (jihad) melawan tentara Sekutu yang ingin menjajah kembali wilayah Republik Indonesia pasca-Proklamasi Kemerdekaan.

Aspek yang melatarbelakangi penetapan HSN ini adalah pengakuan resmi pemerintah Republik Indonesia atas peran besar umat Islam dalam berjuang merebut dan mempertahankan kemerdekaan serta menjaga NKRI.

Ini sekaligus merevisi beberapa catatan sejarah nasional, terutama yang ditulis pada masa Orde Baru, yang hampir tidak pernah menyebut peran ulama(kiyai) dan kaum santri.

Akan tetapi akhir-akhir ini masyarakat disuguhi dengan tayangan salah satu stasiun televisi (trans7) yang kurang mendidik, dan bahkan cenderung memframing pondok pesantren dengan konotasi yang negatif.

Tuduhan anti kritik yang dilontarkan sebagian pihak di sosial media justru memperlihatkan betapa dangkalnya pemahaman mereka terhadap substansi persoalan. Framing jahat, framing yang memelintir realitas ketika pesantren diserang dengan narasi-narasi santri ngesot, kiyai kaya dari amplop kiyai atau hormat dengan membungkupitu bukan ajaran Nabi.

Hal ini salah dan tak mendasar dan harus kita luruskan dengan melihat histori pesantren dan pendidikan pesantren yang ada di Indonesia.

Hal serupa menuai reaksi yang sangat luar biasa oleh masyarakat, khususnya kaum sarungan atau yang lebih dikenal dengan santri. Demo di seluruh wilayah Indonesia dilakukan untuk meminta klarifikasi dari pihak trans7 sebagai wujud tanggung jawab mereka.

Kalau kita telisik lebih jauh bahwa pondok pesantren adalah salah satu aktor dalam kemerdekaan bangsa Indonesia, dimana pondok pesantren mempunyai andil besar dalam memerangi penjajah untuk mendeklarasikan kemerdekaan.

Histori Pesantren

Pesantren atau biasa disebut pondok merupakan suatu tempat dimana para santri menggali ilmu agama dan sekaligus pondok menjadi tempat tinggal para santri. Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam dan dakwah paling mapan, mengakar dan luas penyebarannya ditandai dengan banyaknya Pesantren di setiap daerah di seluruh penjuru Indonesia terutama di Jawa. 

Dari lembaga inilah kiai sebagai tulang punggung penyebaran Islam berasal. Corak budaya Islam di Indonesia selama ini menjadi kental oleh nuansa tradisi pesantren. 

Secara historis pesantren memiliki peran yang sangat signifikan dalam proses pembangunan bangsa. Selain sebagai institusi pembentuk kebudayaan Islam pesantren juga punya peran besar. Keberadaanya cukup mengakar di tengah tengah masyarakat. Sebagai agen pencerahan, pesantren juga sebagai agen transformasi kultural di lingkungannya masing-masing.

Pesantren adalah tempat kiai untuk mendidik para santri dan sebagai wadah untuk berdakwah. Dalam rentangan waktu pesantren telah tersebar diseluruh wilayah Indonesia, sebagai lembaga yang sudah banyak berkembang di wilayah kota maupun provinsi di Nusantara. 

Pesantren merupakan lembaga yang bersifat religius karena di dalam pesantren para santri diberi pelajaran oleh Kiainya tentang apapun yang diajarkan oleh Islam. Dan juga di dalam pesantren para kiai memberi pelajaran seperti apa yang diajarkan oleh para wali-wali yang ada di Indonesia contoh salah satunya yaitu belajar kitab kuning. Jadi kehadiran pondok pesantren secara jelas dan nyata telah membantu pemerintah dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Elemen terpenting dalam pesantren adalah keberadaan Kiai. Kiai istilah lain dari kata ulama, namun orang Jawa dan Madura khususnya sering mengistilahkan atau menyebut orang yang mengasuh pondok pesantren sangat mendalam ilmu agama (Islam) adalah Kiai. 

Sebagian besar pondok pesantren di daerah Jawa dan Madura sosok Kiai merupakan sosok yang sangat berpengaruh, kharismatik, berwibawa dan peduli dengan derita umatnya. Selain kriteria tersebut Kiai sebagian besar di daerah Jawa dan Madura adalah pendiri dari Pondok Pesantren yang berada ditengah-tengah masyarakat. 

Maka tak heran sosok Kiai di masyarakat sangat dihormati, dikagumi dan dicintai oleh masyarakat. Hal ini terjadi karena tidak sedikit para Kiai selalu peduli, bermasyarakat dan memperhatikan umat atau rakyat kecil. 

Kiai berperan sebagai tokoh sentral dan pemandu kebijakan tertinggi yang mana dijadikan panutan oleh para santri dalam kehidupan kesehariannya baik dari perilaku, sikap dan kepribadiannya. kiai juga memiliki kearifan yang tercermin dalam sikapnya yang selalu responden, dan menyejukkan dalam berbagai persoalan. 

Kiai memiliki kemampuan untuk mendialogkan prinsip-prinsip ajaran islam dengan realitas kehidupan sehari-hari. kiai selalu memberikan solusi alternatif dalam menyelesaikan suatu persoalan.

Dawuh atau kata-kata seorang kiai (pada masa penyebaran islam) adalah nasehat yang akan cepat diterima oleh masyarakat. kiai mempunyai kemampuan dalam bidang agama dan ilmu kehidupan sosial lainnya. Dan sampai saat ini citra dan kharisma seorang Kiai terus kuat ditengah-tengah masyarakat. 

Di lingkungan masyarakat, Kiai juga sering dijadikan tempat curhat segala persoalan yang terjadi pada masyarakat, dimulai dari masalah minta nama anaknya, pertanian, ekonomi, sosial, politik, budaya, agama hingga persoalan jodoh atau nasib. 

Dapat dikatakan sosok Kiai dalam strata sosial masyarakat termasuk berada pada strata sosial yang tinggi hal ini terjadi tidak lepas dari peranannya yang sangat besar untuk memberdayakan masyarakat pada lingkungannya.

Nilai-Nilai Pesantren

Al adab fauqol ilmi atau adab lebih tinggi dari ilmu bukan bermaksud meremehkan ilmu, melainkan menekankan bahwa penguasaan ilmu tanpa diimbangi adab yang baik tidaklah sempurna. Mungkin istilah itu sangat pas dan layak ditujukan kepada orang yang mem-framing negatif pesantren. 

Selain menanamkan nilai-nilai kesopanan etika dan lain sebagainya, kiai juga berperan untuk menanamkan karakter peduli terhadap lingkungan. Karakter tersebut berupa sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam sekitarnya. 

Selain itu, mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi dan selalu ingin memberi bantuan bagi orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

Santri merupakan istilah bagi sekelompok orang yang sedang menempuh pendidikan selama di pesantren khususnya mempelajari kitab-kitab agama Islam di lembaga pendidikan yang dikenal dengan pesantren biasanya sebelum mempelajari keilmuan mereka dilatih dari segi karakter atau akhlak, kemudian ditanamkan keimanan dan barulah mendalami ilmu-ilmu khususnya agama Islam. 

Santri merupakan sosok yang diharapkan oleh masyarakat sekitarnya khususnya dan sebagai agen perubahan agent of change terutama dalam kemajuan moral dan intelektual masyarakat. Perananan santri begitu besar bagi kemerdekaan Indonesia, perjuangan mereka mampu melepaskan indonesia dari para negara kolonial Belanda. 

Karena bangsa ini mayoritas beragama Islam, sangat wajar jika umat islam, khususnya para santri melakukan perlawanan terhadap kolonial Belanda yang telah menguras kekayaan bumi Nusantara. 

Hal ini sebagaimana yang dilakukan oleh Pangeran Diponegoro yang notabene berasal dari kaum santri, berani memandu perang melawan imperialis Belanda, yang sudah menjajah bangsa ini selama ratusan tahun. 

Pasukan Pangeran Diponegoro ini adalah para santri Kyai Maja. Kyai Maja tidak hanya menggerakkan dan melatih santri di pesantrennya, tapi juga di berbagai pesantren lainnya untuk melawan kolonialisme Belanda.

Peran Santri untuk Negeri

Semenjak ditetapkannya Hari Santri Nasional, santri tidak bisa dipandang sebelah mata, santri tidak hanya bisa ngaji, ngimami (bahasa Jawa) dan memimpin doa tetapi banyak dari kalangan santri yang menjadi pejabat, baik bupati, gubernur, menteri, wakil presiden dan bahkan presiden.

Gusdur Presiden ke 4 dari kalangan santri dan KH Ma’ruf amin Wapres dan beberapa menteri adalah bukti bahwa santri juga bisa mewarnai dan membangun negeri ini dan membuktikan santri tidak bisa dipandang sebelah mata.

Menjadi motivasi dan tantangan tersendiri bagi kaum santri untuk selalu berinovasi dan beraksi dalam membangun negeri, justifikasi yang dulu pernah disandang hanya sebagai imam tahlil dan do’a harus diubah, santri mampu mewarnai negeri. Selain sebagai penda’i juga bisa menjawab tantangan dunia.

Hari santri mengingatkan kita kembali akan pentingnya peran santri dari zaman ke zaman, sejak zaman penjajahan hingga sekarang. Pada era modern-kontemporer sekarang ini, santri ikut andil dalam mengelaborasi, mempertemukan antara ilmu Islam murni dan ilmu pengetahuan atau sains. Mereka dalam posisi membantu TNI, POLRI juga siap mempertahankan NKRI. 

Jaga Pesantren

Penggiringan opini terkait narasi –narasi negatif pesantren merupakan bentuk penggiringan makna agar masyarakat awam mempercayai narasi tunggal yang menihilkan keragaman tradisi Islam, ada manipulasi informasi sehingga masyarakat awam mengikuti apa yang mereka sampaikan.

Menghormati guru, kiai dengan menunduk bukanlah bentuk pengkultusan, melainkan ekspresi etika dan penghargaan murid, santri terhadap gurunya, suatu yang sedang hilang ditengah masyarakat modern yang terjebak dalam budaya materialistik.

Sebagai garda pencetak generasi beradab, berakhlak dan berilmu, pesantren wajib kita jaga dari gempuran-gempuran para pembenci, dari framing-framing negatif yang tidak mendasar dan bahkan hanya mencari cuan semata untuk keuntungan kelompok mereka. Framing boleh berganti, tetapi kebenaran dan adab tidak akan lekang oleh wacana. 

*) Lukman AR merupakan ASN UIN KHAS Jember sekaligus Alumni PP Mansyaul Huda Senori & PP MUS Sarang

**) Isi tulisan di atas menjadi tanggung jawab penulis

***) Ketentuan pengiriman naskah opini:

  • Naskah dikirim ke alamat email redaksi@ketik.com
  • Berikan keterangan OPINI di kolom subjek
  • Panjang naskah maksimal 800 kata
  • Sertakan identitas diri, foto, dan nomor HP
  • Hak muat redaksi.(*)

Tombol Google News

Tags:

opini Pesantren Lukman AR