KETIK, SURABAYA – Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, menilai Pesantren Digipreneur (Digital-Entrepreneurship) Al-Yasmin Surabaya merupakan pesantren antimainstream. Pesantren digital itu merupakan kebutuhan masa depan untuk pemanfaatan digital sesuai agama.
"Kita bersyukur ada pesantren antimainstream, karena tidak ada pesantren yang membolehkan santrinya membawa gawai, tapi pesantren ini justru santrinya tidak mungkin tanpa pegang gawai," kata Gubernur Khofifah, Senin, 10 Nopember 2025.
Gubernur Khofifah menjelaskan bahwa konsep antimainstream di Pesantren Al-Yasmin justru menjadi kebutuhan masa depan di era dunia tanpa batas.
"Pesantren Digipreneur Al-Yasmin yang antimainstream ini justru menjadi respons pesantren untuk mencetak santri yang siap menjawab dunia digital dengan entrepreneur sekaligus respons agama untuk perkembangan digital yang sekarang ditandai AI (artificial intelligence)," terangnya.
Menurut Khofifah, masyarakat saat ini masih banyak yang terkecoh dengan perkembangan digital. Seperti mengira AI itu riil, padahal tidak riil, namun bisa dimanfaatkan untuk kehidupan. Hal ini seperti operasi kedokteran di Surabaya dengan bimbingan spesialis dari luar negeri yang memandu dari jarak jauh lewat AI.
"Jadi, apa yang dilakukan mas Helmy (pengasuh Pesantren Digipreneur Al-Yasmin Surabaya, H Helmy M Noor) ini menerobos zaman. Persoalan digital IT memang harus dikondisikan dengan baik, bukan setiap hari di depan gadget/gawai, tapi bagaimana perkembangan digital yang sudah menjadi realitas itu memberi manfaat untuk efisiensi dan efektifitas dalam kehidupan," terangnya.
Selain itu, juga bisa dikembangkan dalam digital-entrepreneur, seperti untuk bidang pertanian, peternakan, dan sebagainya. Kegiatan yang dapat dilakukan anak-anak SMK yang bisa memanfaatkan dunia digital untuk berbagai kebutuhan melalui jaringan internet yang ada.
"Karena itu, Pemprov Jatim berkolaborasi dengan sejumlah universitas luar negeri di bidang digital IT," katanya.
Pengasuh Pesantren Digipreneur Al Yasmin, H Helmy M Noor, menjelaskan bahwa pesantren yang peletakan batu pertamanya juga dilakukan Gubernur Khofifah pada 29 Februari 2024 itu memang berkonsep digipreneur (digital dan entrepreneurship) yang dikelola oleh Yayasan Santri Milenial Indonesia (Yasmin).
"Pesantren yang kami rintis sejak 2021 itu merupakan cita-cita lama sejak 25-an tahun lalu atas spirit yang ditanamkan almaghfurlah KHA Hasyim Muzadi (Ketua Umum PBNU 2000-2010), karena almarhum KHA Hasyim Muzadi (pengasuh Pesantren Mahasiswa Al-Hikam, Malang) itulah yang mengenalkan saya dengan dunia digital sejak muda. Pesan beliau ada dua, yakni tekuni dan tularkan," katanya.
Bahkan, dirinya pernah diajak Kiai Hasyim Muzadi ke sebuah kampus di India yang memiliki studio cukup besar, yang melahirkan aktor-aktris dunia dari Hollywood, lalu Kiai Hasyim Muzadi memberi amanah kepada Helmy untuk bisa membuat hal serupa, tapi berbasis pesantren atau Islami, sekaligus menangkal radikalisme di dunia digital.
"Program pesantren ini memang untuk santri yang bertalenta khusus, seperti public speaking, desain grafis, musik, digital marketing, pertanian digital, konten kreator, media, advertising digital, dan keterampilan khusus bertema digital lainnya, sehingga santri bisa menempa hobi menjadi profesi," katanya.
Peresmian pesantren tersebut dihadiri oleh sejumlah tokoh, termasuk Rais Aam PBNU KH Miftakhul Achyar dan Sekretaris PWNU Jatim DR HM Faqih. Turut hadir pula Ketua PW DMI Jatim DR KHM Sudjak MAg. Acara ditutup dengan pertunjukan konfigurasi drone (drone light show) di teras pesantren.(*)
