KETIK, BATU –
Hingga Oktober 2025, tercatat sudah ada 149 kejadian bencana di Kota Batu, Jawa Timur.
Dari jumlah itu, tanah longsor menjadi yang paling sering terjadi dengan persentase mencapai 57 persen, disusul angin kencang 25 persen, banjir 11 persen, dan kebakaran hutan 7 persen.
Data dari BPBD Kota Batu juga mencatat, total ada 122 bencana yang mengguncang wilayah tersebut. Menariknya, sekitar 86 persen di antaranya — atau 105 kejadian — merupakan bencana hidrometeorologi, seperti banjir, tanah longsor, dan angin kencang yang dipicu oleh cuaca ekstrem.
“Ini adalah pengingat bahwa Masyarakat Kota Batu hidup di wilayah yang berisiko. Kewaspadaan tidak bisa ditawar,” kata Wali Kota Batu Nurochman, Kamis, 13 November 2025.
Pria yang akrab disapa Cak Nur itu menyampaikan bahwa Pemerintah Kota Batu telah melakukan berbagai langkah antisipatif dalam menghadapi potensi bencana. Antara lain dengan pemetaan daerah rawan bencana, menyiagakan sumber daya perangkat daerah dan masyarakat.
"Serta melaksanakan mitigasi banjir bandang melalui kegiatan susur sungai dan pembersihan potensi sumbatan di 94 titik aliran Sungai Brantas," jelasnya.
Tidak hanya itu, Politikus PKB tersebut menegaskan pihaknya juga merevitalisasi saluran air dan drainase perkotaan dengan memperlebar dimensi saluran di jalan utama untuk mencegah genangan air.
Serta melaksanakan pelatihan relawan kebencanaan dan simulasi tanggap bencana berbasis data dari instansi terkait dan BMKG.
"Upaya-upaya tersebut membuahkan hasil dengan menurunnya indeks risiko bencana Kota Batu dari 81,0 pada tahun 2023 menjadi 75,21 pada tahun 2024 dengan kategori risiko sedang," jelasnya.
Wali Kota Batu, Nurochman, menilai tantangan penanggulangan bencana ke depan akan semakin kompleks. Hal ini sejalan dengan meningkatnya intensitas dan ragam bencana, baik yang bersifat alam maupun non-alam.
Karena itu, ia menekankan pentingnya pergeseran paradigma penanganan bencana — dari yang sebelumnya bersifat reaktif menjadi lebih preventif. Fokusnya kini harus pada kesiapsiagaan dan upaya pencegahan sejak dini, agar dampak bencana bisa diminimalkan.
"Kami juga menekankan pentingnya membangun kesadaran masyarakat terhadap bencana melalui sosialisasi, pelatihan, dan simulasi secara berkala, agar kemampuan penanggulangan semakin meningkat," pungkasnya.
