KETIK, SORONG – Inilah kisah seorang anak bocah asal Papua yang masih berusia antara 8-9 tahun setiap hari berjualan kerupik peyek di sekitaran Jalan Raya Padjajaran, Kota Bogor.
Diketahui, bocah tersebut ditinggal ayahnya sejak kecil karena meninggal dunia. Untuk menyambung hidup, dia terpaksa menjual peyek guna membantu ibunya agar tetap bertahan hidup.
Adik Petrus Cristian Kocu menceritakan, sudah satu tahun lebih dia berjualan peyek di Kota Bogor. Peyek itu diambil dari orang yang memproduksi, kemudian dijual kembali oleh Petrus.
Dia mengungkapkan, setelah putus sekolah ia meminta izin kepada ibunya untuk berjualan dan ibunya mengizinkannya.
"Sebelum saya jualan seperti ini, saya udah minta izin ke ibu, dan ibu saya izinkan saya untuk berjualan," ungkap Petrus, Jumat, 26 September 2025.
Lanjutnya, dia mengatakan, hasil dari jualan tersebut nantinya dia mendapatkan keuntungan dua ribu rupiah, dengan harga awal yang diambil senilai delapan ribu rupiah, dijual lagi dengan harga sepuluh ribu rupiah. Itupun kalau laku.
Bocah tersebut mengatakan, ia terpaksa putus Sekolah Dasar (SD), setelah ayahnya meninggal dunia, bersama ibunya mereka menetap dan ngontrak di Kota Bogor.
"Saya tinggal di kontrakan sama ibu. Setiap bulannya ibu harus bayar kontrakan 1 juta lebih Kak," kata adik Petrus kepada media ini.
Ketika ditanya keinginannya untuk melanjutkan sekolahnya, bocah tersebut tersenyum.
"Saya mau sekolah lagi, tapi tidak punya biaya," jelasnya.
Petrus Cristian Kocu adalah potret salah satu anak Papua yang mengalami nasib malang di antara banyaknya anak-anak Papua yang membutuhkan perhatian pemerintah.
Bocah yang mestinya menikmati masa cerianya terpaksa putus sekolah dan berjualan untuk bertahan hidup membantu ibunya.
Dia menambahkan, kalau saja ekonomi ibunya stabil keinginannya untuk dapat bersekolah lagi akan ia tempui.
Peyek yang dijual, ia mengakui kadang laku, kadang tidak, namun setiap hari sejak pagi bocah tersebut sudah mesti bergegas beres-beres.
Setelah mandi dia pergi mengambil barang dagangannya lalu kembali melakoni aktivitasnya berjualan. (*)