KETIK, MALANG – Kisah inspiratif datang dari Try Bhuwaneswari, wisudawan terbaik Universitas Brawijaya (UB) periode IV tahun 2025. Perempuan yang akrab disapa Annes ini meraih IPK nyaris sempurna, 3,94, dan berhasil lulus dalam 3 tahun 10 bulan dari Prodi Pendidikan Teknologi Informasi Filkom UB.
Yang menarik, Annes ternyata adalah mantan buruh kacip mete atau pengupas kulit mete. Ia harus bekerja keras sejak kecil untuk memenuhi kebutuhan hidup setelah ayahnya meninggal dunia. Perjuangan itu kini berbuah manis dengan predikat kehormatan yang ia sandang pada wisuda Minggu, 12 Oktober 2025.
Annes menceritakan, kesulitan ekonomi sudah ia rasakan sejak kecil. Setelah sang ayah meninggal, ia harus berjuang untuk biaya hidup dan pendidikan.
Perjuangan itu ia mulai sejak duduk di bangku SMA, di mana ia bekerja sebagai buruh kacip mete di sela-sela waktu sekolah. Meski pekerjaan itu berat dan berbeda dari teman seusianya, Annes mengaku tak pernah minder.
“Saya bukan berasal dari keluarga berkecukupan. Sejak ayah meninggal saat saya berusia sembilan tahun, saya harus berjuang bersama anggota yang lain untuk memenuhi kebutuhan hidup,” kata Annes kepada Ketik.com, Senin, 13 Oktober 2025.
Annes mengaku terbiasa bekerja demi bisa menempuh pendidikan. Sejak SMP ia bersama kakaknya di Tulungagung, karena hanya kakaknya yang mampu membiayai sekolahnya. Memasuki masa SMA di Kediri, ia kembali tinggal bersama sang ibu dan melanjutkan perjuangan yang sama menjadi buruh kacip mete.
"Selain jadi buruh kacip mete, saya juga memberikan les privat ke anak-anak di sekitar rumahnya waktu itu. Pekerjaan itu memang berat, tapi saya jalani dengan ikhlas. Saya tahu, satu-satunya jalan keluar dari keterbatasan adalah pendidikan,” jelas Annes, dengan mata berkaca-kaca.
Perjuangan Annes sejak usia dini kini membuahkan hasil manis. Ia tidak hanya lulus, tetapi juga meraih kehormatan tertinggi sebagai wisudawan terbaik Universitas Brawijaya (UB) periode ini, berkat IPK nyaris sempurna, 3,94.
Tak hanya meraih predikat terbaik, Annes kini juga telah bekerja di bidang yang relevan dengan Program Studi Pendidikan Teknologi Informasi. Menariknya, ia mengakui bahwa dunia teknologi bukanlah impian awalnya saat memilih jurusan.
“Awalnya saya hanya ingin kuliah di bidang pendidikan saja, karena sejak SMA saya sudah sering menjadi asisten mengajar dan guru les. Tapi setelah masuk jurusan ini, saya justru jatuh cinta pada dunia teknologi,” kata perempuan asal Kediri ini.
Perubahan arah itu tidak mudah. Ia harus beradaptasi dengan cepat dan belajar lebih keras agar tidak tertinggal dari teman-temannya. Ia bahkan memerlukan waktu beradaptasi lebih lama, sampai benar-benar menikmati dunianya saat ini.
“Butuh waktu hampir empat tahun untuk benar-benar bisa menikmati dunia baru ini,” tegasnya.
Setelah melewati masa-masa penuh kesulitan, Annes memegang satu prinsip hidup yang menjadi arah langkahnya: meraih kebebasan finansial.
“Cita-cita saya sederhana, saya ingin anak-anak saya nanti tidak merasakan kesulitan seperti yang saya alami dulu,” tukasnya.(*)