KETIK, PALEMBANG – Kabar duka mendalam menyelimuti keluarga besar Pengadilan Negeri (PN) Palembang Kelas IA Khusus. Salah satu hakim senior sekaligus Juru Bicara PN Palembang, Raden Zaenal Arief, S.H., M.H., berpulang ke rahmatullah pada Rabu pagi 12 November 2025 sekitar pukul 07.00 WIB.
Almarhum ditemukan telah meninggal dunia di kamar kosnya di kawasan Dwikora, Palembang, oleh petugas keamanan yang curiga karena sejak pagi beliau belum terlihat keluar kamar seperti biasanya. Setelah dipastikan tidak ada respons dari dalam, pintu kamar dibuka bersama penghuni lain, dan ditemukan beliau sudah dalam keadaan tak bernyawa.
Menurut informasi yang dihimpun, almarhum semestinya memimpin beberapa sidang penting di PN Palembang pada hari yang sama. “Kami semua terkejut dan sangat berduka. Beliau dikenal sangat disiplin, seharusnya sudah di ruang sidang pagi ini. Ternyata kami mendapat kabar beliau telah tiada,” ujar seorang panitera yang enggan disebut namanya dengan suara bergetar.
Beberapa rekan kerja menyebutkan, dalam beberapa waktu terakhir almarhum sempat mengeluhkan rasa nyeri di dada, namun tetap hadir dan melaksanakan tugasnya seperti biasa.
“Beliau sosok teladan. Meski sakit, tidak pernah absen dan selalu menunjukkan dedikasi luar biasa,” ujar seorang pegawai muda PN Palembang.
Sebagai Juru Bicara PN Palembang, Raden Zaenal Arief dikenal luas oleh insan pers di Sumatera Selatan. Ia sering menjadi narasumber dalam menjelaskan perkara publik dan berbagai kegiatan kelembagaan pengadilan. Tutur katanya yang tenang dan sopan membuatnya dihormati banyak pihak, baik di lingkungan peradilan maupun media.
Saat ini, pihak PN Palembang tengah mengurus seluruh keperluan administratif dan prosesi pemulangan jenazah ke Bandung, Jawa Barat, untuk dimakamkan di pemakaman keluarga.
Di luar tugas formal, almarhum juga dikenal aktif membina apel pagi dan sore di PN Palembang, serta kerap memberi motivasi kepada para staf agar selalu menjaga integritas dan pelayanan terbaik bagi masyarakat.
“Pak Zaenal selalu tersenyum dan menenangkan. Beliau bukan hanya atasan, tapi sosok ayah bagi kami di kantor,” kenang seorang pegawai sambil menahan tangis. (*)
