KETIK, SLEMAN – Peringatan Hari Kesehatan Mental Sedunia 2025 di RSUD Sleman terasa berbeda. Di tengah hiruk pikuk pelayanan rumah sakit, sebuah momen hening nan mendalam terjadi.
RSUD Sleman mengubah peringatan Hari Kesehatan Mental Sedunia 2025 menjadi sebuah perayaan keberanian.
"Setiap orang memiliki perjuangan masing-masing. Melalui kegiatan ini, kita belajar untuk menghargai proses dan saling mengingatkan bahwa tidak ada yang sendirian," ujar Plt Direktur RSUD Sleman, dr Esti Kurniasih dalam keterangannya, Sabtu 18 Oktober 2025.
Jauh dari formalitas, acara yang digelar ini menjelma menjadi sebuah "terapi komunal" yang hangat, di mana kerentanan disambut dengan dukungan.
Bukan dengan pidato formal, RSUD Sleman, melalui Instalasi Promosi Kesehatan dan Klinik Kesehatan Jiwa, memilih menggelar Diskusi Kelompok Terarah (FGD) bertema "Pulih, Bersosial, dan Produktif: Kesehatan Jiwa untuk Semua". Para peserta dan pendamping berkumpul pada Rabu, 15 Oktober 2025.
Mereka datang untuk membuktikan dan merayakan satu hal: bahwa kesehatan jiwa adalah perjalanan, bukan tujuan tunggal. Lantai 5 Gedung Pelayanan Terpadu RSUD Sleman menjadi saksi bisu terjalinnya koneksi antar jiwa.
Acara ini sukses menyatukan 31 peserta dan pendamping di lantai 5 Gedung Pelayanan Terpadu dalam sebuah misi tunggal: merayakan proses pemulihan, sekecil apapun itu.
Keberanian Berbagi yang Menggetarkan
Plt Direktur RSUD Sleman, dr Esti Kurniasih, membuka acara dengan pesan yang menyentuh hati. Disebutkan proses pemulihan sering kali dipandang sebagai beban individual, padahal sesungguhnya membutuhkan dukungan.
Kesehatan mental itu sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Mari hilangkan stigma. Kalau kaki sakit kita periksa ke dokter, begitu juga saat hati dan pikiran sakit, kita berhak mencari bantuan profesional. (Foto: Tangkapan Layar)
dr Esti Kurniasih memberikan penekanan bahwa kegiatan tersebut bertujuan melampaui seminar biasa.
"Kita sering lupa bahwa proses pulih itu butuh pengakuan dan dukungan. Melalui forum ini, kita belajar menghargai setiap langkah dan mengingatkan: tidak ada yang sendirian dalam perjuangan ini," tegas dr. Esti.
Menurutnya ini adalah upaya dalam menciptakan dukungan sosial yang hangat dan inklusif.
Disebutkan, sesi yang paling menyentuh adalah ketika peserta, yang sebelumnya mungkin merasa terisolasi, berbagi kisah nyata dengan kejujuran yang luar biasa.
Dipandu oleh dr Dinar Ariyati, SpKJ, mereka mendiskusikan bagaimana cara mereka bangkit, peran penting keluarga, serta tantangan dalam mencoba kembali produktif.
Pemaparan awal oleh dr Dinar Ariyati, SpKJ, memberikan kerangka medis. Energi acara meledak dalam sesi diskusi kelompok. Di sana, para peserta dengan berani berbagi kisah-kisah personal yang inspiratif mulai dari titik terendah hingga momen kebangkitan.
Satu per satu, cerita tentang rasa putus asa, keberhasilan kecil, dan dukungan tak terduga dari orang terdekat dibagikan. Air mata, tawa, dan anggukan penuh pemahaman mewarnai ruangan.
Kisah-kisah yang dibagikan mulai dari perjuangan melawan stigma hingga kemenangan kecil sehari-hari berfungsi sebagai cermin dan motivasi.
Momen-momen ini menjadi penyemangat, membentuk jaring pengaman emosional yang kuat di antara mereka. Mereka tidak hanya pulih, tetapi juga menemukan kembali makna bersosial dan produktif setelah melalui masa sulit.
Diskusi ini tidak hanya menawarkan solusi, tetapi juga validasi emosional yang esensial: bahwa perasaan mereka nyata, dan harapan itu ada.
Jejaring Sosial yang Lebih Kuat dan Komitmen Inklusif
Acara ini menghasilkan sebuah komitmen kolektif: sebuah janji kecil dari setiap peserta untuk terus berjuang. Peserta bertekad untuk menjadi titik kontak dukungan bagi satu sama lain.
Serta janji dari RSUD Sleman untuk menjadikan kesehatan jiwa sebagai bagian penting dari kesehatan utuh dan hak yang tak terpisahkan. Sekaligus menegaskan kembali bahwa kesehatan jiwa adalah hak setiap orang tanpa terkecuali, dan bukan sekadar kemewahan.
Melalui kegiatan ini, RSUD Sleman juga menekankan posisinya tidak hanya sebagai penyedia layanan medis, tetapi sebagai fasilitator komunitas yang peduli dan suportif bagi seluruh masyarakat.
Sehingga acara ini sukses menghasilkan komitmen kolektif, bukan sekadar janji.
Dari program-program seperti FGD ini, RSUD Sleman menunjukkan bahwa rumah sakit juga dapat berfungsi sebagai simpul komunitas yang membangun jembatan antarindividu, memastikan bahwa setiap warga Sleman memiliki akses ke dukungan sosial yang inklusif di samping layanan medis yang prima. (*)