BPBD Sleman Siaga Penuh Hadapi Musim Hujan, Puluhan Desa Rawan Lahar Dingin Merapi dan Longsor

16 Oktober 2025 13:37 16 Okt 2025 13:37

Thumbnail BPBD Sleman Siaga Penuh Hadapi Musim Hujan, Puluhan Desa Rawan Lahar Dingin Merapi dan Longsor
Kepala Pelaksana BPBD Pemkab Sleman, Raden Haris Martapa. (Foto: Fajar Rianto/Ketik.com)

KETIK, SLEMAN – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman menyatakan siaga penuh menyambut musim hujan yang diprediksi membawa ancaman bencana hidrometeorologi. Dengan prakiraan curah hujan tinggi, perhatian utama difokuskan pada potensi banjir lahar dingin dari Gunung Merapi dan risiko cuaca ekstrem yang mengancam puluhan kalurahan.

Kepala Pelaksana BPBD Pemkab Sleman, Raden Haris Martapa, menegaskan bahwa semua persiapan telah dirampungkan, mulai dari pemetaan risiko hingga penguatan kapasitas masyarakat.

"Perencanaan penanggulangan bencana kami sifatnya komprehensif dan telah diperbarui. Ini meliputi penganggaran yang memadai, upaya pengurangan risiko, peningkatan kapasitas masyarakat, dan pemetaan detil daerah rawan," ujar Raden Haris Martapa, Kamis, 16 Oktober 2025.

Menurut keterangan Raden Haris Martapa, berdasarkan Kajian Risiko Bencana yang disusun BPBD Sleman, terdapat tiga ancaman utama yang menjadi fokus mitigasi:

  1. Potensi Banjir Lahar Hujan: Bahaya ini mengancam 54 kalurahan yang tersebar di 15 kapanewon yang dilalui aliran sungai berhulu di Merapi. Wilayah ini menjadi prioritas utama pengawasan, terutama saat intensitas curah hujan tinggi.
  2. Ancaman Tanah Longsor: Risiko longsor tinggi teridentifikasi di wilayah perbukitan, mencakup 14 kalurahan di Kapanewon Prambanan, Turi, Pakem, dan Cangkringan. Kesiapsiagaan masyarakat di daerah ini ditingkatkan secara khusus.
  3. Cuaca Ekstrem: Dampak cuaca ekstrem berpotensi terjadi di seluruh Sleman, namun 44 kalurahan diidentifikasi berisiko tinggi akibat kepadatan penduduk dan kerentanan infrastruktur.

Dalam menghadapi ancaman tersebut, BPBD Sleman mengintensifkan koordinasi dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) untuk memperkuat dan mengoptimalkan sistem peringatan dini (early warning system).

"Informasi dari BMKG kami terjemahkan menjadi peringatan dini di tingkat lokal agar langkah antisipasi masyarakat dapat dilakukan secara cepat dan akurat," jelas Haris.

Disebutkan untuk menjamin efektivitas penanggulangan di tingkat akar rumput, BPBD Sleman telah menjalankan empat program peningkatan kapasitas masyarakat:

  1. Kalurahan Tangguh Bencana (Kaltana): Sebanyak 86 kalurahan telah dibentuk menjadi Kaltana, didukung oleh Komunitas Relawan setempat, yang berfungsi sebagai unit pelaksana mitigasi dan kesiapsiagaan pra-bencana.
  2. Komunitas Relawan: Peningkatan kapasitas dilakukan bagi 70 Komunitas Relawan, termasuk pemberian bantuan peralatan. BPBD juga memberikan perlindungan jaminan kesehatan (BPJS Ketenagakerjaan) kepada 2.481 personel relawan.
  3. Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB): Program pelatihan fasilitator dan simulasi penanganan bencana terus diintensifkan di sekolah-sekolah untuk memastikan seluruh warga sekolah memahami prosedur tetap saat bencana.
  4. Gladi Kesiapsiagaan: Serangkaian Gladi Kesiapsiagaan Bencana, seperti penanganan tanah longsor di Prambanan, telah dilaksanakan untuk melatih koordinasi komprehensif antara pemangku wilayah.

Selain itu BPBD Sleman juga memastikan kesiapan operasional menghadapi masa kedaruratan. Tim Reaksi Cepat (TRC) dan Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalop) disiagakan 24 jam. Kesiapan logistik darurat, termasuk makanan, selimut, dan peralatan, telah dipastikan tersedia di gudang logistik utama dan pos distribusi.

Merujuk pada surat keputusan (SK) Tanggap Darurat Cuaca Ekstrem yang dikeluarkan sebelumnya (16-31 Mei 2025), yang mencakup wilayah Sleman utara (Pakem, Ngemplak, Ngaglik, Depok, Kalasan, Prambanan) yang menyebabkan kerusakan fasilitas umum dan sosial, untuk meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi cuaca ekstrem/memasuki musim hujan. BPBD Sleman mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan.

"Masyarakat harus secara aktif memantau informasi resmi dari BMKG. Kami juga meminta warga untuk membersihkan saluran air/selokan di pemukiman agar tidak tersumbat serta memotong ranting pohon yang rapuh di sekitar rumah," imbau Haris.

Ia juga menekankan agar masyarakat menghindari berteduh di bawah pohon atau dekat tiang listrik saat terjadi hujan lebat atau angin kencang.

"Kolaborasi adalah kunci keselamatan kita. Mari bersama-sama meningkatkan kewaspadaan dan mengambil langkah antisipasi yang tepat. Jika terjadi bencana atau membutuhkan bantuan segera, masyarakat dipersilakan menghubungi kontak resmi BPBD yang tersedia untuk respon cepat penanganan," pungkas Kalak BPBD Kabupaten Sleman, Raden Haris Martapa. (*)

Tombol Google News

Tags:

BPBD Sleman Musim Hujan bencana hidrometeorologi Gunung Merapi cuaca ekstrem Pemkab Sleman Sleman