Jika Hidup Adalah Puisi: Belajar dari 'O Captain! My Captain!' dan Dead Poets Society

17 Oktober 2025 08:15 17 Okt 2025 08:15

Thumbnail Jika Hidup Adalah Puisi: Belajar dari 'O Captain! My Captain!' dan Dead Poets Society
Salah Satu Adegan Dalam Dead Poets Society 1989 yang Disutradarai Oleh Peter Weir. (Foto: IMDB)

KETIK, SURABAYA – Sudah lebih dari tiga dekade sejak film legendaris 'Dead Poets Society' pertama kali tayang pada tahun 1989. Meski telah berusia 36 tahun, film ini masih mampu menarik perhatian remaja dan pecinta sastra di seluruh dunia berkat pesan moral dan filosofi kehidupan yang kuat di dalamnya.

Film yang disutradarai oleh Peter Weir ini berlatar di tahun 1959, di sebuah sekolah asrama khusus laki-laki bernama Welton Academy di negara bagian Vermont, Amerika Serikat. Sekolah tersebut menjunjung tinggi empat pilar utama: Tradisi, Kehormatan, Disiplin, dan Prestasi. Nilai-nilai itu menciptakan lingkungan akademik yang kaku dan penuh tekanan bagi para siswanya.

Kisah film ini berfokus pada tujuh siswa: Neil Perry (Robert Sean Leonard), Todd Anderson (Ethan Hawke), Knox Overstreet (Josh Charles), Charlie Dalton (Gale Hansen), Richard Cameron (Dylan Kussman), Steven Meeks (Allelon Ruggiero), dan Gerard Pitts (James Waterston). Kehidupan mereka mulai berubah setelah kedatangan guru bahasa Inggris baru, John Keating (Robin Williams), seorang alumni Welton yang memiliki cara mengajar yang tidak biasa.

Keating menginspirasi murid-muridnya untuk berpikir bebas dan menemukan makna hidup mereka sendiri melalui puisi, sastra, dan seni. Ia memperkenalkan konsep “Carpe Diem” yang diartikan juga sebagai “Raih Hari Ini” yang menjadi filosofi utama dalam film. Salah satu kutipan terkenalnya berbunyi:

“Kedokteran, hukum, bisnis, teknik semua ini adalah upaya mulia dan penting untuk mempertahankan kehidupan. Namun, puisi, keindahan, romansa, cinta hal-hal inilah yang membuat kita tetap hidup.”

Lewat pendekatannya yang hangat dan inspiratif, Keating mendorong para siswa untuk mengekspresikan diri, bahkan jika itu berarti melawan sistem yang mengekang mereka. Kelompok “Dead Poets Society” pun terbentuk kembali—sebuah klub rahasia yang dulu juga diikuti Keating saat menjadi siswa, di mana para anggota membaca puisi dan berbicara tentang impian mereka di sebuah gua tersembunyi.

Film ini mendapat empat nominasi Academy Awards dan memenangkan satu di antaranya untuk kategori Skenario Asli Terbaik (Tom Schulman). Robin Williams juga dinominasikan sebagai Aktor Utama Terbaik atas perannya yang penuh karisma dan kedalaman emosional.

Tak hanya sukses di masanya, Dead Poets Society kini menjadi film wajib di banyak kelas bahasa Inggris di Amerika Utara, bahkan sering digunakan sebagai bahan diskusi dalam mata pelajaran filsafat, pendidikan, dan seni.

Banyak remaja zaman sekarang masih merasa film ini relevan, terutama dalam menggambarkan pergulatan antara tekanan sosial, ekspektasi orang tua, dan pencarian jati diri.

Lebih dari sekadar film tentang sekolah, Dead Poets Society adalah refleksi tentang keberanian untuk hidup sesuai kata hati dan pentingnya merayakan keindahan dalam kehidupan. (*)

Tombol Google News

Tags:

dead poets society Rekomendasi film Puisi sastra literatur