KETIK, SURABAYA – Kabar meningkatnya kasus influenza hingga tujuh kali lipat di Malaysia menjadi perhatian serius para pakar kesehatan di Indonesia.
Namun di balik kekhawatiran itu, ada pesan penting kewaspadaan dan solidaritas masyarakat mampu mencegah wabah serupa terjadi di tanah air.
Hal itu disampaikan oleh Dosen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (UNAIR) sekaligus Ketua Research Center on Global Emerging and Re-emerging Infectious Diseases ITD UNAIR, Laura Navika Yamani SSi MSi PhD.
Ia menegaskan bahwa lonjakan kasus ini harus dilihat secara menyeluruh agar bisa dipahami penyebab dan potensi penyebarannya.
“Langkah pertama adalah memastikan bahwa kenaikan ini memang mencerminkan peningkatan kasus nyata di masyarakat, bukan sekadar akibat peningkatan pelaporan atau tes laboratorium,” jelas Laura melalui keterangan tertulis pada Senin 20 Oktober 2025.
Ia menjelaskan, laporan Kementerian Kesehatan Malaysia menunjukkan adanya peningkatan klaster influenza di sekolah dan fasilitas kesehatan.
Situasi ini menandakan bahwa virus kembali aktif setelah masa pandemi yang sempat menekan sirkulasinya.
Menurut Laura, ada beberapa faktor yang memicu peningkatan kasus tersebut.
Selain perubahan musim dan cuaca lembab yang mempercepat penularan, penurunan kekebalan alami pascapandemi COVID-19 juga menjadi penyebab penting.
“Selama pandemi, interaksi sosial berkurang drastis dan sirkulasi virus flu menurun, sehingga banyak individu terutama anak-anak belum memiliki kekebalan alami terhadap virus influenza yang beredar saat ini,” ujarnya.
Selain itu, kemungkinan adanya pergeseran antigenik pada virus influenza A seperti H3N2 atau H1N1 juga bisa membuat vaksin flu musiman kurang efektif.
Indonesia, dengan mobilitas penduduk yang tinggi dan kedekatan geografis dengan Malaysia, tentu memiliki risiko yang serupa.
Namun, Laura menegaskan bahwa potensi penyebaran bisa ditekan dengan penguatan sistem surveilans ILI (Influenza-Like Illness) di puskesmas dan rumah sakit, serta kedisiplinan masyarakat dalam menjaga kebersihan diri.
“Risiko ini dapat ditekan bila sistem surveilans diperkuat, dan masyarakat segera memeriksakan diri bila mengalami gejala flu berat,” tegasnya.
UNAIR sebagai institusi pendidikan dan penelitian terus berperan aktif dalam menghadapi tantangan penyakit menular.
Melalui laboratorium berstandar BSL-2 dan BSL-3 di Lembaga Penyakit Tropis (LPT), UNAIR mampu melakukan identifikasi hingga sekuensing genomik virus influenza.
“Kolaborasi antarlembaga di dalam UNAIR mencerminkan sinergi tridharma perguruan tinggi dalam menghadapi tantangan kesehatan masyarakat,” ungkap Laura.
Kolaborasi ini menjadi bentuk nyata bagaimana kampus turut hadir menjaga ketahanan kesehatan nasional — dari penelitian, pendidikan, hingga pengabdian kepada masyarakat.
Sebagai penutup, Laura berpesan agar masyarakat tidak panik menghadapi kabar peningkatan flu ini, tetapi tetap waspada dan menerapkan perilaku hidup bersih.
“Dengan kewaspadaan bersama dan kedisiplinan dalam pencegahan, kita dapat mencegah lonjakan serupa terjadi di Indonesia dan melindungi kesehatan publik secara berkelanjutan,” pungkasnya. (*)