Dua Laga Big Match Penentu Indonesia Cetak Sejarah Sepak Bola, Total Football ala Kluivert?

7 Oktober 2025 11:49 7 Okt 2025 11:49

Thumbnail Dua Laga Big Match Penentu Indonesia Cetak Sejarah Sepak Bola, Total Football ala Kluivert?
Oleh: Agus Riyanto*

Ratusan juta masyarakat Indonesia berharap-harap cemas dan bercampur optimis atas nasib sepak bola Indonesia bisa lolos piala dunia 2026. Indonesia harus berjuang melawan dua raksasa timur tengah, yakni tuan rumah Arab Saudi dan Irak. Dua tim tersebut unggul segalanya, baik secara peringkat FIFA dan head to head. Termasuk ambisi Arab Saudi lolos secara otomatis. Pertandingan akan digelar di Stadion King Abdullah Sport City, Jeddah.

Banyak pengamat sepak bola baik di asia ataupun dunia yang menjagokan Arab Saudi lolos otomatis. Selain bertindak sebagai tuan rumah juga karena beberapa faktor non tehnis yang ditengarai bisa membantu memuluskan langkahnya. Termasuk kehadiran sang pengadil lapangan yang sudah tidak asing lagi para pecinta sepak bola tanah air "Ahmad Al Ali" dari Kuwait yang mengundang kontroversi.

Tak hanya itu, pasukan Patrick Kluivert juga akan berhadapan dengan tim yang lagi on fire, Irak yang baru saja sukses menjadi juara pada turnamen Piala Raja Thailand 2025. Namun demikian, Indonesia tetaplah Indonesia, dan bola itu bundar. Kluivert pasti menyimpan dan menyiapkan taktik spesial untuk dua laga penentu tersebut.

Sejatinya, Indonesia cukup berpengalaman menghadapi Arab Saudi dan Irak. Bahkan Arab Saudi pernah dipermalukan 0-2 di Stadion Gelora Bung Karno beberapa bulan yang lalu dengan dua gol Marcelino Ferdinan pada babak kualifikasi ronde 3. Tak terkecuali bisa bermain imbang saat laga away. Hanya Irak yang belum bisa dikalahkan baik baik di laga home ataupun away.

 

Antara Taktik Defensif Football dan Total Football 

Dalam kamus Kluivert bermain defensif apalagi bertahan total kayaknya tidak ada. Total football ala Belanda menjadi taktik andalannya. Meskipun taktik tersebut pernah dihancurkan oleh Australia dengan kekalahan telak 1-5 saat laga away. Ini mungkin yang akan menjadi pelajaran berharga bagi Kluivert soal kalkulasi taktik. Karena, kalah di laga awal  (8/10) lawan Arab Saudi akan menjadi jalan terjal menjaga peluang lolos secara otomatis.

Sehingga, perlu kiranya Kluivert untuk berhitung secara matang tanpa harus fanatik akan taktik andalannya. Mengingat dua pertandingan tersebut bukan persoalan main cantik atau pakem sepak bola yang benar. Tapi ini soal kalah dan menang. Ekstrimnya, tidak perlu main cantik asal menang. Ini bukan kompetisi dalam sebuah liga, namun merupakan laga krusial yang menentukan nasib sebuah bangsa untuk bisa tampil di ajang sepak bola paling bergengsi di Planet Bumi ini.

 

Lebih peka dan fokus pada soal non teknis

Sepak bola tidak hanya bicara soal teknis, faktor non tehnis juga menjadi hal penting dalam rangka meraih misi ataupun mimpi. Tanpa bermaksud menggunakan segala cara, efektivitas adalah hal penting. Termasuk saat berlangsungnya pertandingan. Entah mau menumpuk banyak pemain dibelakang atau cara lain, yang penting tidak kalah.

Di kawasan asia, negara-negara di timur tengah terkenal dengan raja acting. Mulai dari drama guling-guling di lapangan atau memprovokasi wasit. Ini perlu diwaspadai. Publik tidak bisa melupakan saat Indonesia berjumpa dengan negara-negara timur tengah apalagi wasitnya juga dari timur tengah.

Penunjukan FIFA kepada Arab Saudi dan Qatar sebagai tuan rumah babak kualifikasi piala dunia ronde 4 semakin mempertegas jika faktor non tehnis sudah dimulai sejak awal. Padahal pertandingan masih berlangsung. Bisa dibayangkan jika itu terjadi pada saat pertandingan, tentu sangat merugikan tim lawan. Tak terkecuali Indonesia.

 

Mental Bertanding dan Semangat Juang pemain harus dioptimalkan 

Ini juga menjadi bagian yang tak kalah penting bagi Kluivert untuk membentuk mental dan semangat juang para pemain untuk Indonesia. Tidak ada lagi istilah pemain dari eropa atau lokal, yang ada hanya satu, membawa Garuda lolos Pildun 2026. Ini soal momentum. 4 tahun lagi belum tentu perjalanan Timnas akan bisa seperti ini.

Publik di tanah air akan mengingat kejadian tahun ini sama seperti tahun 1985. Indonesia butuh dua pertandingan untuk lolos Pildun. Pertama lawan Korsel dan jika menang akan berhadapan dengan Jepang. Sayangnya kala itu mimpi indah dijegal Korsel.

 

Dukungan Suporter Indonesia di Jeddah Bisa jadi pemain ke-12

Dimanapun Indonesia bertanding dukungan suporter fanatik selalu ada. Apalagi pertandingan digelar di Jeddah. Kecintaan para Tenaga Kerja Indonesia (TKI) tidak perlu diragukan lagi. Tentu ini bisa menjadi alternatif mendongkrak semangat para pemain saat berjuang di lapangan.

Suporter sudah paham kapan mereka harus datang, kapan mereka harus mendukung tim kebanggaannya bertanding. Dengan satu tekad Indonesia bisa kalahkan Arab Saudi di Jeddah, sekaligus mewujudkan mimpi sebagai duta asean lolos Pildun 2026. Semoga. (*)

 

*) Agus Riyanto merupakan jurnalis senior Ketik dan analis sepak bola

**) Isi tulisan di atas menjadi tanggung jawab penulis

***) Karikatur by Rihad Humala/Ketik.co.id

****) Ketentuan pengiriman naskah opini:

  • Naskah dikirim ke alamat email redaksi@ketik.co.id.
  • Berikan keterangan OPINI di kolom subjek
  • Panjang naskah maksimal 800 kata
  • Sertakan identitas diri, foto, dan nomor HP
  • Hak muat redaksi.(*)

Tombol Google News

Tags:

BIG match sejarah sepakbola total football sepak bola Agus Riyanto analis sepak bola Patrick Kluivert Total Football