KETIK, MADIUN – Diskusi buku “Reset Indonesia: Gagasan tentang Indonesia Baru” yang rencananya digelar di Desa Wisata Gunungsari, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, terpaksa batal terlaksana. Acara tersebut sedianya berlangsung pada Sabtu, 20 Desember 2025, pukul 19.00 WIB, bertempat di Pasar Pundensari.
Diskusi ini diinisiasi oleh sejumlah komunitas lokal dan menghadirkan para penulis buku Reset Indonesia, yakni Dandhy Laksono, Farid Gaban, Yusuf Priambodo, dan Benaya Harobu. Namun, ketika acara siap dibuka, sejumlah aparat pemerintah dan keamanan setempat mendatangi lokasi dan meminta kegiatan dihentikan.
Panitia menyebut, aparat yang hadir terdiri atas unsur kecamatan, pemerintah desa, Babinsa, serta kepolisian sektor setempat.
"Alasan penghentian acara disebut karena kegiatan dinilai belum mengantongi izin. Padahal kami telah menyampaikan surat pemberitahuan kepada pihak kepolisian," ujar Gizzatara, salah satu panitia acara.
Pembatalan diskusi di Madiun ini menjadi peristiwa pertama sepanjang rangkaian diskusi buku Reset Indonesia yang dilakukan tim penulis. Sebelumnya, diskusi serupa telah digelar di sekitar 45 titik di berbagai daerah tanpa kendala.
Video pembubaran acara diskusi buku tersebut, viral di media sosial. Dalam video tersebut terlihat, seorang aparat yang menyebut diskusi tersebut telah ditunggangi. “Kalau diskusi budaya, silahkan. Tapi kalau ditunggangi Reset Indonesia, ya janganlah,” ujar aparat tersebut.
Banayu Harobu, salah satu penulis buku, dalam dialog dengan seorang petugas kepolisian sempat menanyakan alasan pembubaran. “Ya harus sesuai aturan, jawab polisi tersebut tanpa memberi penjelasan lebih lanjut.
Usai agenda di Madiun, tim penulis dijadwalkan melanjutkan rangkaian diskusi atas undangan resmi Bupati Trenggalek pada 22 Desember 2025. Sebelumnya, pada 4 Desember, diskusi buku ini juga pernah dilaksanakan di Pendopo Wakil Bupati Banyumas, Jawa Tengah, atas undangan komunitas budaya Logawa.
Sejak diluncurkan pada Oktober 2025, buku Reset Indonesia telah menjadi bahan diskusi di berbagai komunitas, kampus, sekolah, serta kelompok petani dan nelayan. Wilayah yang telah disambangi antara lain Jabodetabek, Serang, Sumedang, Bandung, Pangandaran, Purwokerto, Cirebon, Pekalongan, Brebes, Batang, Yogyakarta, Solo, Temanggung, Wonosobo, Banjarnegara, hingga Madiun.
Buku “Reset Indonesia” merupakan karya kolaboratif yang mengulas berbagai persoalan struktural bangsa, mulai dari krisis demokrasi, kerusakan lingkungan, ketimpangan ekonomi, hingga relasi kekuasaan antara negara, korporasi, dan masyarakat. Buku ini mengajak pembaca meninjau ulang arah pembangunan nasional yang dinilai semakin menjauh dari kepentingan publik.
Melalui pendekatan jurnalisme, riset lapangan, dan refleksi kritis, buku “Reset Indonesia” menawarkan gagasan tentang perlunya perubahan mendasar—atau “reset”—dalam tata kelola negara. Buku ini mendorong partisipasi warga untuk terlibat aktif dalam diskusi publik demi membangun Indonesia yang lebih adil, berkelanjutan, dan berpihak pada kepentingan rakyat. (*)
