KETIK, MALANG – Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Kota Malang, H Arifin turut mendampingi Wakil Menteri Pertanian (Wamentan), Sudaryono dalam mengisi materi di hadapan mahasiswa baru Universitas Brawijaya (UB), Rabu 13 Agustus 2025.
Sudaryono menjelaskan pertanian menjadi aktor unggulan di Indonesia. Dengan tanah yang luas dan subur, pertanian dapat mudah diaplikasikan di Indonesia.
Terlebih Presiden Prabowo Subianto telah menggencarkan agar terjadi swasembada pangan. Untuk dilakukan upaya untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor.
"Presiden Prabowo menginginkan sebisa mungkin volume impornya itu dikurang-kurangi. Cuma ada komoditas-komoditas yang memang produktifitasnya tidak besar. Misalnya juga bawang bombai," ujarnya.
Pernyataan tersebut menyikapi adanya rencana impor besar-besaran produk pertanian dari Amerika. Hal itu seiring dengan penurunan tarif impor sejumlah produk termasuk pertanian dari negeri Paman Sam tersebut. Menurut Sudaryono, impor hanya dilakukan pada produk yang tidak maupun jarang diproduksi di Indonesia.
"Tetapi semangatnya adalah bagaimana komoditas yang masih impor itu, makin lama, makin tahun, volumenya kita kurangi dan kita tingkatkan produksi dalam negeri," tuturnya.
Ia mengatakan Indonesia saat ini sudah tidak melakukan impor pada beberapa produk, mulai dari beras, gula dan garam untuk konsumsi.
"Tahun depan ditambah lagi misalnya selain impornya dikurangi, kita mesti tingkatkan ekspor. Produk-produk perkebunan ditingkatkan, ada kopi, kakao, dan seterusnya," katanya.
Sementara itu, Ketua HKTI Kota Malang, H Arifin berkomitmen mendukung program yang dicanangkan pemerintah. Meskipun tidak banyak lahan pertanian yang ada di Kota Malang, namun berbagai peluang dapat dijumpai di tengah keterbatasan itu.
"Kota Malang ini tidak ada lahan. Tapi kami punya emperan, lahan yang tidak terlalu luas digunakan untuk meletakkan polybag. Jadi caranya dengan urban farming," jelasnya.
Menurutnya dengan urban farming, setidaknya masyarakat dapat memenuhi kebutuhan akan produk pertanian pada lingkungan setempat. Hal tersebut juga mendukung ketahanan pangan yang dimulai dari kelompok terkecil masyarakat.
"Meskipun hanya berbekal lahan sempit, tapi jika urban farming digalakkan di masyarakat, dapat mewujudkan kemandirian dan ketahanan pangan," pungkasnya. (*)