BNPB Catat 26 Bencana dalam 24 Jam, Cuaca Ekstrem Masih Ancam Sejumlah Wilayah

10 Oktober 2025 14:58 10 Okt 2025 14:58

Thumbnail BNPB Catat 26 Bencana dalam 24 Jam, Cuaca Ekstrem Masih Ancam Sejumlah Wilayah
Personel BPBD Kabupaten Sragen melakukan droping air bersih ke tandon dam tempat penampungan air milik warga terdampak kekeringan di Kabupaten Sragen, Jawa Tengah pada Kamis (9/10). (Foto: BPBD Kabupaten Sragen)

KETIK, SURABAYA – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat hasil pemantauan kejadian bencana selama periode 9 Oktober 2025 pukul 07.00 WIB hingga 10 Oktober 2025 pukul 07.00 WIB. Terdapat 26 kejadian bencana dengan 13 di antaranya tergolong berdampak signifikan di berbagai wilayah Indonesia.

Kondisi cuaca di sejumlah daerah di Indonesia masih dipengaruhi suhu muka laut yang hangat dan dinamika atmosfer. Sehingga memicu cuaca ekstrem berupa hujan lebat dan angin kencang.

"BMKG juga mengingatkan potensi cuaca ekstrem di sebagian wilayah Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi," ujar Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari

Sementara Nusa Tenggara Timur dan Maluku masih menghadapi kekeringan serta ancaman kebakaran hutan dan lahan akibat minimnya curah hujan.

Di Provinsi Jawa Timur, angin kencang melanda Kabupaten Mojokerto, Kamis, 9 Oktober 2025 dan berdampak pada dua kecamatan serta empat desa. Sebanyak 47 kepala keluarga terdampak.

Satu orang mengalami luka-luka, serta 47 rumah rusak dengan kategori ringan hingga berat. BPBD bersama unsur terkait masih melakukan penanganan di lapangan untuk membantu warga terdampak.

Masih di Jawa Timur, gempa bumi yang mengguncang wilayah tersebut pada Kamis, 2 Oktober 2025 menimbulkan dampak cukup besar di enam kabupaten dan satu kota.

Sebanyak tiga orang mengalami luka-luka, lebih dari 500 rumah rusak, serta 1.300 jiwa lebih harus mengungsi mandiri. Pemerintah Kabupaten Sumenep telah menetapkan status tanggap darurat hingga 3 November 2025, dengan pendampingan langsung dari BNPB dalam proses pemulihan.

BNPB juga mencatat perkembangan penanganan bangunan roboh di Sidoarjo pada Minggu, 6 Oktober 2025 masih menjadi perhatian utama. Dari total 61 korban meninggal dunia, sebanyak 48 jiwa dan dua body part telah berhasil diidentifikasi.

Proses pencarian dan identifikasi masih terus berlangsung dengan pendampingan langsung dari Kepala BNPB beserta jajaran Kedeputian Penanganan Darurat.

Dari wilayah timur Indonesia, Aktivitas vulkanik Gunung Lewotobi Laki-Laki di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, kembali meningkat. Gunung ini mengalami erupsi Kamis, 9 Oktober 2025, pukul 20.53 WITA.

Erupsi dengan kolom abu kelabu tebal dan lontaran material pijar dari kawah utama. Sebanyak 807 kepala keluarga atau 3.131 jiwa masih mengungsi, dan status gunung tetap berada pada Level III (Siaga).

Di sisi lain, kebakaran hutan terjadi di Kalimantan Tengah terus meluas dengan total area terbakar mencapai lebih dari 1.000 hektare di 13 kabupaten dan satu kota. Status Siaga Darurat masih berlaku hingga 20 Oktober 2025.

"Tim gabungan dari BNPB, BPBD, TNI, Polri, dan masyarakat terus berupaya melakukan pemadaman di titik-titik baru yang muncul akibat cuaca panas dan angin kering" ujar Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari.

Selanjutnya, banjir bandang di Kabupaten Nagekeo, Nusa Tenggara Timur pada Selasa (1/10) masih meninggalkan dampak besar. Sebanyak enam orang meninggal dunia, tiga orang hilang, dan 22 orang mengalami luka-luka.

Puluhan rumah hanyut serta infrastruktur jembatan dan jalan mengalami kerusakan berat. Proses rehabilitasi dan rekonstruksi terus dilakukan, sementara distribusi logistik dan bantuan masyarakat terdampak masih berlangsung.

Di Jawa Tengah, kekeringan yang terjadi di Kabupaten Sragen dan Kabupaten Klaten masih berlanjut akibat rendahnya curah hujan. Ribuan kepala keluarga terdampak dan membutuhkan suplai air bersih. BPBD bersama unsur pemerintah daerah telah menyalurkan bantuan air melalui ratusan tangki untuk memenuhi kebutuhan dasar warga.

BNPB mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi bencana hidrometeorologi seperti hujan lebat, banjir, tanah longsor, serta angin kencang di wilayah barat dan tengah Indonesia.

Sementara itu, masyarakat di wilayah selatan dan timur Indonesia perlu tetap waspada terhadap ancaman kekeringan dan karhutla yang masih berpotensi meningkat.

BNPB bersama BPBD, TNI, Polri, serta instansi terkait terus memantau situasi, mempercepat penanganan darurat, dan memastikan kebutuhan dasar masyarakat terdampak terpenuhi. Koordinasi lintas sektor juga terus diperkuat untuk menjamin proses penanganan bencana berjalan cepat, efektif, dan tepat sasaran. (*)

Tombol Google News

Tags:

Bnpb bencana alam