KETIK, SURABAYA – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan perkembangan kondisi bencana alam di Indonesia periode 24-25 Oktober 2025 pukul 07.00 WIB.
Dalam kurun waktu tersebut tercatat 34 kejadian bencana, dengan 19 kejadian tergolong berdampak signifikan. Sebagian besar kejadian dipicu oleh faktor cuaca ekstrem dan hujan intensitas tinggi di wilayah Jawa dan Maluku Utara.
Catatan Bencana pertama, banjir terjadi di Kabupaten Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara pada 24 Oktober dan berdampak ke 86 keluarga dengan jumlah rumah terdampak mencapai 86 unit.
Berdasarkan laporan BPBD setempat, banjir kini telah surut dan aktivitas masyarakat kembali normal setelah dilakukan pembersihan di lingkungan terdampak.
Selanjutnya, tanah longsor terjadi di Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat pada 24 Oktober 2025. Berdasarkan laporan, sekitar 28 rumah dan 28 kepala keluarga terdampak.
Di waktu yang sama, cuaca ekstrem melanda Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat pada 24 Oktober 2025. Kejadian ini menyebabkan satu orang meninggal dunia serta 73 kepala keluarga atau 292 jiwa terdampak.
Sebanyak 16 rumah mengalami rusak berat, sementara warga dengan rumah terdampak mengungsi ke rumah kerabat.
Sementara itu, banjir terjadi di Kabupaten Demak, Provinsi Jawa Tengah pada 24 Oktober 2025. Banjir merendam sekitar 150 rumah, saat ini air mulai berangsur surut dan telah dilakukan paya peninggian tanggul serta perbaikan saluran air di beberapa titik rawan untuk mencegah banjir susulan.
Kejadian angin kencang di Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat pada 21 Oktober 2025. kejadian ini mengakibatkan kerusakan di enam desa yang tersebar pada empat kecamatan.
Peristiwa ini dipicu oleh hujan deras disertai angin kencang yang menyebabkan sejumlah pohon tumbang dan menimpa atap rumah warga.
Berdasarkan data BPBD Kabupaten Bogor, sebanyak 11 kepala keluarga atau 33 jiwa terdampak, dengan 7 rumah rusak ringan, 3 rusak sedang, dan 1 rusak berat. BPBD telah melakukan evakuasi, pembersihan material, dan pendistribusian logistik bagi warga terdampak.
"Sebagai bagian dari upaya mitigasi, BNPB dan BPBD Provinsi Jawa Barat juga melaksanakan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) pada Kamis 23 Oktober untuk mengurangi potensi hujan lebat di wilayah Bogor dan sekitarnya," ujar Abdul Muhari, Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB
Operasi tersebut berlangsung lancar dengan hasil positif terhadap penurunan curah hujan di kawasan target operasi.
Dalam perkembangan lain, banjir terjadi di Kota Semarang, Provinsi Jawa Tengah pada 24 Oktober berdampak cukup signifikan dengan lebih dari 12 ribu rumah terendam dan 28 ribu jiwa terdampak. Pemerintah Kota telah menetapkan status Tanggap Darurat hingga 5 November 2025. Saat ini, pendistribusian bantuan logistik dan pembersihan lingkungan terdampak masih terus dilakukan.
Selain bencana hidrometeorologi, aktivitas vulkanik Gunung Lewotobi Laki-Laki di Kabupaten Flores Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur pada 24 Oktober masih menunjukkan peningkatan. Gunung dengan status Level IV (Awas) ini berdampak pada 746 kepala keluarga atau 2.836 jiwa yang hingga kini masih mengungsi. BNPB bersama BPBD setempat terus melakukan pemantauan dan pendampingan terhadap warga di sekitar lokasi terdampak.
Sementara itu, kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang terjadi di Sumatera Selatan dan Kalimantan Barat pada 24 Oktober tampak mulai tertangani.
Data satelit menunjukkan tidak ada hotspot yang menonjol pada tanggal tersebut. Meski demikian, luas kebakaran sejak awal tahun telah melampaui 25 ribu hektare. Tim gabungan tetap bersiaga mengantisipasi potensi kebakaran baru karena cuaca masih kering di sejumlah wilayah.
BNPB terus berkoordinasi dengan BPBD, TNI, Polri, dan instansi teknis terkait untuk memastikan langkah penanganan darurat berjalan efektif, serta memastikan kebutuhan dasar masyarakat terdampak terpenuhi dengan baik. Masyarakat diimbau untuk tetap waspada terhadap potensi bencana hidrometeorologi seiring dengan perubahan cuaca di akhir Oktober ini. (*)
