KETIK, SURABAYA – Setiap hari, lebih dari 100 pelajar dari berbagai sekolah berkunjung ke Museum Siola untuk menyelami sejarah kota Surabaya.
Maaza Khoirunnisa, tour guide lokal di museum ini, menjelaskan bahwa jumlah pengunjung bervariasi setiap bulan, berkisar antara 1.000 hingga 2.000 orang.
“Kalau dikalkulasikan per tahun, pengunjung bisa mencapai 25.000 hingga 30.000 orang. Jumlah ini bisa lebih tinggi saat ada event khusus,” jelas Maaza saat ditemui pada Jumat, 10 Oktober 2025.
Untuk kunjungan harian, lanjutnya, biasanya pengunjung mencapai lebih dari 100 orang, terutama rombongan anak sekolah dan pengunjung dari bus pariwisata SSCT.
Sedangkan pengunjung mancanegara jumlahnya terbatas dan biasanya datang pada momen tertentu, seperti peringatan Hari Pahlawan.
Mereka umumnya mengeksplor museum sendiri, meski sesekali meminta pemandu wisata.
Dalam rangka menyambut Hari Pahlawan bulan November nanti, Museum Siola menghadirkan event menarik, salah satunya Challenge bernama “Kelana”, sebuah kompetisi bagi pengunjung untuk mengeksplor materi di museum dalam waktu tertentu dengan hadiah menarik bagi pemenangnya.
Beberapa koleksi di museum, seperti piano, alat makan zaman Belanda, dan koin dari berbagai era, merupakan barang asli.
Sedangkan koleksi seperti prasasti dan pakaian zaman dulu dibuat replika yang menyerupai aslinya.
“Kalau asli, pasti sudah rusak. Jadi replika dibuat semirip mungkin dengan aslinya,” tambah Maaza.
Maaza juga menekankan pentingnya peran generasi muda dalam melestarikan museum dan sejarah.
Ia berharap anak muda tidak hanya datang saat ada event tertentu, tetapi rutin mengunjungi museum untuk memahami sejarah secara mendalam.
“Sering-seringlah main ke sini dan eksplor sejarah dari berbagai tulisan yang ada, bukan hanya sekadar estetika semata,” pesannya.
Museum Siola, yang terletak di jalan Tunjungan No.1, Genteng, Surabaya, memberikan pengalaman edukatif dan menyenangkan sekaligus menekankan pentingnya pelestarian warisan sejarah bagi generasi masa depan.